Virus Corona Serang Cina
Cegah Virus Corona, Begini Cara Tukang Cukur Rambut di Cina Layani Pelanggan
Beberapa foto yang dibagikan di media sosial, terlihat tukang cukur itu menggunakan alat cukur yang melekat pada ujung tongkat panjang.
Beberapa foto yang dibagikan di media sosial, terlihat tukang cukur itu menggunakan alat cukur yang melekat pada ujung tongkat panjang.
Laporan Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM – Tukang cukur rambut di Cina telah menemukan cara kreatif untuk memotong rambut pelanggannya.
Tukang cukur itu menjaga jarak yang aman untuk mencegah dirinya dari wabah virus Corona yang sangat mengancam di Cina.
Beberapa foto yang dibagikan di media sosial, terlihat tukang cukur itu menggunakan alat cukur yang melekat pada ujung tongkat panjang.
Dia juga mengenakan masker pelindung sambil memegang tongkat sepanjang 1,5 meter yang diujungnya ada kuas, alat cukur, dan pengering rambut.
"Alat-alat itu tidak berfungsi dengan baik, berbeda dengan menggunakan tangan, tetapi ini untuk keselamatan kita dan pelanggan," kata Wu Junlong.
Ia adalah pemilik tempat pangkas rambut dari Provinsi Henan, Cina.
• Vanessa Angel Hamil Pertama, Awalnya Ngaku Tak Tahu Kalau Sedang Mengandung
Dilansir dari dailymail.co.uk Kamis (5/3/2020), tukang cukur lainnya, He Bing, mengunggah cuplikan dari rekan-rekannya yang menawarkan 'potongan rambut jarak jauh' di sebuah salon.
Hal itu dibagikannya pada Sabtu (29/2/200) di Luzhou, Provinsi Sichuan, Cina.
"Kita masih perlu menjaga jarak agar tetap aman," tulisnya dalam sebuah posting.
Video itu telah disukai lebih dari satu juta penyuka.
Salah satu komentar menulis: "Anda perlu lengan yang kuat untuk menjadi tukang cukur rambut saat ini,"
Pejabat kesehatan Cina telah menyarankan warganya untuk menjaga jarak minimal 1,5 meter dari satu sama lain di depan umum.
• Jabat Tangan Dilarang untuk Cegah Penyebaran Corona, Negara-negara ini Bikin Cara Baru Untuk Menyapa

Melalui situs real time virus Corona thewuhanvirus.com, Kamis (5/3/2020) pukul 11.30 WIB, Virus Corona telah merenggut sedikitnya 3.283 nyawa dan menginfeksi lebih dari 95.000 orang di seluruh dunia.