6 Jam Berunding, Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata di Idlib
Mereka sepakat menghentikan pergolakan di Provinsi Idlib, daerah Barat Laut Suriah sebagai upaya menghindari eskalasi lebih besar.
Perjanjian ini juga tidak menyebutkan zona aman dimana warga Suriah bisa berlindung.
Menurut laporan BBC dari PBB, pihaknya memperkirakan hampir satu juta orang tumbang dalam perang ini.
Kematian paling banyak dalam sejarah perang selama sembilan tahun ini.
Sebuah LSM, Pengamatan Suriah dan HAM menilai ketenangan mulai terjadi di wilayah Idlib.
Tentu saja, ini dibandingkan dengan perang sengit yang terjadi beberapa pekan sebelumnya.
• Cegah Karhutla Saat Suhu Panas, Ini Imbauan BPBD Kota Langsa kepada Warga dan Perusahaan Perkebunan
• Berkali-kali Dipaksa Lakukan Hubungan Sesama Jenis, Pengakuan Bocah Ini Mengejutkan
• Bemodalkan Jas, Wanita Ini Nyamar jadi Laki-laki & Nikahi Siri Perempuan Punjaan, Begini Endingnya
Krisis kemanusiaan terjadi di medan perang ini.
Selain itu, kondisi ini memicu kekhawatiran dari NATO terkait konflik langsung Rusia dan Turki.
Sebelum gencatan senjata berlaku, Turki melaporkan dua tentaranya tewas saat bentrokan dengan pasukan Suriah.
Tak terima, Turki melancarkan aksi balas dendam dan berhasil menewaskan tentara Suriah.
Selain itu, mereka menghancurkan artileri dan peluncur rudal.
Sebelumnya, September 2018 lalu Putin dan Erdogan sudah menyetujui akan mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi.
Jadi daerah ini akan digunakan sebagai penahan antara kedua belah pihak, dengan garis kontrol yang jelas tetapi peperangan tetap terjadi di zona itu.
Presiden Rusia berharap kesepakatan itu akan berfungsi untuk dasar mengakhiri pertempuran di zona eskalasi.
"Serta mengakhiri penderitaan penduduk sipil," ujar Putin.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata di Idlib, Keadaan Lebih Tenang