Kisah Inspiratif
Pernah Jadi Kernet Labi-labi Jurusan Pasar Aceh - Lhoknga, Ismail Rasyid Kini Bos di 7 Perusahaan
PT Trans Continent yang didirikan oleh Ismail Rasyid pada tahun 2004 kini memiliki 19 cabang di 11 provinsi.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Kala itu, kata Ismail, ayahnya sampai menjual tanah seluas satu hektare untuk mewujudkan keinginannya menjadi mahasiswa.
“Ayah menjual tanah seluas 1 hektare seharga Rp 600 ribu. Uang hasil jual tanah ini dibagi kepada abang, saya, dan adik-adik. Saya mendapatkan Rp 200 ribu sebagai biaya ikut tes di Unsyiah,” kenang Ismail.
Karena keterbatasan uang, maka mau tidak mau Ismail mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya selama ikut ujian di Banda Aceh.
Sosoknya yang supel, membuat dia disukai banyak orang.
Tak butuh waktu lama, Ismail diterima sebagai kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh – Lhoknga.
“Saat itu, saya menyewa kos-kosan di kawasan Kampung Keuramat, Banda Aceh. Semuanya dari uang hasil bekerja sebagai kernet labi-labi,” kata Ismail.
Ia memang tekad, modal awal yang diberikan ayahnya tidak boleh habis.
Menjelang pengumuman Sipenmaru, Ismail pulang kampung di Matangkuli.
Saat pengumuman ke luar di Harian Serambi Indonesia, adalah salah satu moment paling bahagia dalam hidup Ismail Rasyid.
Namanya tercantum di koran Serambi Indonesia sebagai salah satu mahasiswa yang lulus.
“Saya sampai melompat-lompat di sawah. Itu adalah moment terindah saya selama menjadi pembaca Serambi,” ungkap Ismail.

Kembali ke Banda Aceh, selama menempuh kuliah, Ismail Rasyid kembali menjadi kernet labi-labi yang disopiri oleh Tarmizi, warga Lampisang, Kecamatan Peukan Banda Aceh Besar.
Meski menjadi kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh-Lhoknga, Ismail Rasyid juga dikenal luas di kalangan para sopir dan kernet jurusan lainnya, termasuk para awak angkot jurusan Pasar Aceh – Darussalam.
Karena koneksi sesama kernet ini, Ismail selalu bisa menumpang gratis labi-labi saat pergi ke kampus di Darussalam.
“Saat itu kebanyakan mahasiswa menumpang Robur, ongkosnya lebih murah yaitu Rp 50. Hanya anak-anak orang tertentu saja yang mampu menumpang labi-labi untuk ke kampus, karena ongkosnya dua kali lipat dari Robur, yaitu Rp 100,” kenang Ismail.