Ilmuan China Prediksi Virus Corona Akan Menyerang Eropa Selama Dua Tahun
Benua Biru harus mempersiapkan pertempuran melawan virus corona yang dapat berlangsung hingga dua tahun.
SERAMBINEWS.COM - Jumlah kasus virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 300.000 kasus.
Wabah ini telah dilaporkan di lebih dari 160 negara. Adapun jumlah kematian dan pasien sembuh di setiap negara berbeda-beda.
Saat ini, epidemi corona di Italia menjadi yang paling buruk di dunia.
Italia telah mencatatkan 53.578 kasus dengan jumlah kematian mencapai 4.825 kasus dengan 6.072 pasien telah dinyatakan sembuh.
Seorang ilmuwan China tentang penyakit menular mengatakan, Eropa harus meletakkan gagasan bahwa pandemi Covid-19 akan segera berakhir.
Sebagai gantinya, Benua Biru harus mempersiapkan pertempuran melawan virus corona yang dapat berlangsung hingga dua tahun.
Melansir South China Morning Post, peringatan tersebut berasal dari Zhang Wenhong, kepala tim ahli klinis Covid-19 Shanghai.
• Cemburu Chat Selingkuh dengan Wanita, Samsul Nekat Bunuh Pasangan Sejenisnya Usai Berhubungan Badan
• Sehari Bertambah 65 Kasus Corona di Indonesia, Korban Meninggal 49 Orang, Ke-14 Tertinggi di Dunia
• Wabah Corona Membuat Rakyat Palestina di Gaza Semakin Menderita, Badan PPB UNRWA Tangguhkan Bantuan
Dia merilis warning tersebut ketika negara-negara Eropa, termasuk Italia, Spanyol dan Jerman, mengalami kenaikan tajam dalam jumlah infeksi dan kematian.
Sementara, China tengah bekerja keras untuk mencegah kasus impor corona setelah melaporkan hanya satu kasus domestik baru dalam empat hari terakhir.
"Akan sangat normal jika virus datang dan pergi, dan berlangsung selama satu atau dua tahun," kata Zhang dalam konferensi video yang diselenggarakan oleh konsulat Tiongkok di kota Düsseldorf, Jerman.
"Saya dapat memberitahu Anda sekarang, lupakan gagasan bahwa pandemi ini akan segera berakhir di Eropa dalam waktu dekat," katanya kepada audiens yang sebagian besar adalah ekspatriat dan mahasiswa Tiongkok seperti dikutip dari South China Morning Post.
Zhang, yang juga direktur departemen penyakit menular di Rumah Sakit Huashan Universitas Fudan di Shanghai, sebelumnya meramalkan bahwa epidemi di China akan memuncak antara April dan Juni, sebelum jatuh kembali di musim panas, kembali secara sporadis melalui musim gugur dan musim dingin, dan memuncak lagi , meskipun mungkin dalam skala yang lebih kecil, musim semi berikutnya.
• Akun FB Nya Digunakan Pelaku Menipu, Pemuda Ini Diamankan Polres Langsa
• Datangi dan Nasihati Istri Teman Malam Hari, Pria Aceh Utara Ini Ditusuk Rekannya, Begini Kronologis
• Ini Tips untuk Orangtua Agar Anak tidak Jenuh di Rumah Selama Pemberlakuan Social Distancing
Namun, lanjutnya, karena wabah ini sekarang menjadi pandemi, tidak dapat dihindari bahwa itu akan diperpanjang, dan kapan tepatnya itu dapat dikendalikan - baik musim panas ini atau berikutnya - akan tergantung pada upaya global untuk menahannya.
"Untuk mengatasi wabah ini dalam waktu singkat, langkah-langkah yang dilakukan harus sangat radikal," kata Zhang, seraya menambahkan bahwa China mampu memaksakan penutupan kota yang luas berkat fakta bahwa wabah awal bertepatan dengan liburan Tahun Baru Imlek, ketika sekolah dan bisnis tetap ditutup.
"Kalau saja seluruh dunia bisa berhenti bergerak selama empat minggu, pandemi bisa dihentikan. Tapi saya tidak bisa membayangkan penskorsan global total yang mungkin terjadi. Bahkan di Jerman atau Eropa,” katanya.