Prihatin Atas Corona, Seorang Jutawan Cari Asisten, Bisa Bekerja di Rumah Sendiri, Gaji Rp 848 Juta

Dirinya ingin membantu dengan caranya sendiri, yaitu dengan menjadi asistennya yang dapat bekerja dari rumah alias ‘work from home’

Editor: Mursal Ismail
Instagram @matthewlepre
Matthew Lepre, pengusaha muda asal Australia yang sedang cari asistennya dan bisa bekerja di rumah sendiri alias tak perlu tinggal bersamanya 

Dirinya ingin membantu dengan caranya sendiri, yaitu dengan menjadi asistennya yang dapat bekerja dari rumah alias ‘work from home’.

Laporan Agus Ramadhan 

SERAMBINEWS.COM - Merebaknya wabah virus corona di seluruh dunia, membuat perekonomian dunia berjalan melambat.

Banyak penduduk dianjurkan untuk tetap berada di rumah dan bekerja di rumah.

Namun, banyak juga penduduk yang kehilangan mata pencaharian di tengah merebaknya wabah virus corona ini.

Di tengah-tengah wabah corona saat ini, ada seorang jutawan yang sedang mencari asisten. 

Matthew Lepre, pria asal Australia merupakan seorang pendiri Ecom Warrior Academy.

Calon Pengantin di Aceh Bisa Daftar Nikah Secara Online, Ini Tahapan-tahapan yang Dapat Dilakukan

WHO Bagi Cara Rawat di Rumah Orang Dicurigai Terkena Virus Corona, Berikut Langkahnya

Bupati Aceh Barat Minta Semua Pendatang Diperiksa, Antisipasi Wabah Corona

Dirinya merasa sedih ketika mendengar bahwa satu juta orang Australia menganggur sejak pandemi virus corona menghantam negaranya.

Dirinya ingin membantu dengan caranya sendiri, yaitu dengan menjadi asistennya yang dapat bekerja dari rumah alias ‘work from home’.

"Saya dibesarkan di pinggiran barat Sydney, hanya mengandalkan makanan dari Salvation Army, karena ibuku adalah single parent,” kata Matthew melansir dari Daily Mail, Rabu (1/4/2020).

“Dulu ibuku tidak mampu membeli bahan makanan.

Jadi saya merasakan betapa sulitnya orang-orang mengadapi keadaan saat ini," ungkapnya.

Matthew mengatakan dirinya akan membayar $ 52.000 atau Rp 848 juta setahun untuk bekerja sepenuhnya dari rumah.

"Paling tidak yang bisa saya lakukan adalah memberikan pekerjaan kepada seseorang yang mungkin kehilangan pekerjaan saat ini dan ingin bekerja dari rumah" kata Matthew.

Karyawan harus memiliki komputer sendiri, akses internet dan dapat bekerja dari Senin hingga Jumat.

"Sementara saya berbasis di Australia, dengan berkat teknologi, kebanyakan orang dapat bekerja dari mana saja akhir-akhir ini," katanya.

Matthew mengungkapkan jenis tugas yang dibebani seperti menerima panggilan telepon, menulis blog, bekerja dengan Excel dan Word.

Kemudian,  menulis dan membalas email serta membantu melayani para siswa yang terdaftar di Ecom Warrior Academy.

Saat ini dirinya berada di sebuah apartemen di tepi pantai Gold Coast, Australia.

Matthew ingin menunjukkan kepada para pekerja bahwa mereka dapat bekerja secara fleksibel.

Matthew menghasilkan $ 120.000 sebulan atau Rp. 1.9 Miliyar dari empat toko e-commerce.

Melansir dari Kompas.com, Dana Moneter Internasional ( IMF) menyebut pandemi corona telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan global.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan, banyak negara yang menghentikan kegiatan ekonomi secara mendadak sehingga perekonomian dunia pun akan terkontraksi di 2020 ini.

“Kita berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana pandemi kesehatan global telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan," kata Georgieva dalam keterangan resmi, Sabtu (28/3/2020).

Georgieva menuturkan, adanya krisis membuat negara-negara anggota IMF mengambil beragam tindakan luar biasa untuk menyelamatkan nyawa penduduknya sekaligus melindungi kegiatan ekonomi.

Namun, hal itu tidaklah cukup, butuh lebih banyak stimulus untuk memperkuat pemulihan pada tahun 2021 yang akan datang.

"Prioritas harus diberikan pada dukungan fiskal yang ditargetkan untuk rumah tangga dan bisnis yang rentan.

Dilakukan untuk mempercepat dan memperkuat pemulihan pada tahun 2021," sebut Georgieva.

Utamanya krisis akan lebih terasa pasar negara berkembang dan negara berkembangnya sendiri ketimbang negara maju, terutama negara berpenghasilan rendah.

Negara-negara itu akan sangat terpukul oleh kombinasi dari krisis kesehatan, banyaknya aliran modal asing yang keluar tiba-tiba, dan penurunan tajam dalam harga komoditas.

"Banyak dari negara-negara ini membutuhkan bantuan untuk memperkuat respons krisis mereka, memulihkan pekerjaan dan pertumbuhan, mengingat kurangnya likuiditas valuta asing dan beban utang yang tinggi di banyak negara berpenghasilan rendah," ujarnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved