Uptade Corona di Subulussalam
PDP di Subulussalam Positif Versi Rapid Test, Anak Pasien: Kami Keluarga Juga Mengarantina Diri
Seorang anak PDP pun memberikan keterangan via media sosial facebook yang diunggah, Jumat (3/4/2020) sekitar pukul 14.50 WIB tadi.
Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
”Ini alat yang kita gunakan standar pemerintah dan direkomendasikan WHO lo, jadi siapa pula bilang akurasinya hanya 20 persen.
Kalau rendah siapa mau beli, harganya aja mahal.
Memang belum final, tapi ini sudah bisa menjadi dasar pemeriksaan ke lebih tinggi, makanya dirujuk,” terang Risdianty
Lebih jauh dijelaskan, rapid test itu sensitifitasnya untuk mengenal virus tinggi, tetapi spesifiknya kurang tinggi sehingga virus lain bisa terbaca positif juga.
Alat itu, lanjut Risdianty bukan hanya untuk Covid-19, tapi sejenisnya.
Sehingga bisa jadi positif palsu.
Untuk kepastian maka perlu diperiksa PCR yang spesifitasnya lebih tinggi.
Masalahnya untuk pemeriksaan dengan PCR ini membutuhkan waktu lebih lama karena harus dikirim ke Jakarta.
Lamanya pemeriksaan dengan PCR, kata Risdianty akibat jarak yang sangat jauh.
Sebab, alat terkait belum ada di Aceh.
Seandainya alat tersedia di daerah maka hanya butuh waktu beberapa jam mendeteksi seseorang apakah terpapar covid atau tidak.
Untuk alat yang digunakan di RSUD Kota Subulussalam ini bernama wondfo.
Rapid test kata dia, bisa menimbulkan hasil negatif palsu jika orang yang dites berada dalam window periode infeksi.
Pasalnya, ketika masih belum bergejala (asimptomatik) atau masih dalam periode inkubasi, IgM atau IgG belum dapat dideteksi oleh rapid test.
Sedikit bekal , kata Risdianty, sebagaimana dijelskan Dr. Alida R H, PhD, SpPK Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDSPatKLIn) cabang Jakarta menjelaskan penggunaan test cepat antibodi IgM/IgG SARS CoV-2 (COVID 19).