Update Corona di Aceh

ARC Unsyiah Mampu Produksi Hand Sanitizer untuk Kebutuhan Seluruh Aceh

Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC) Unsyiah Banda Aceh kini semakin memantapkan diri sebagai produser utama hand sanitizer di Aceh

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Kepala ARC Unsyiah, Dr Syaifullah Muhammad MEng memegang hand sanitizer produk ARC dengan latar belakang tangki pengaduk hand sanitizer bantuan Bank Aceh Syariah. Foto diabaikan Selasa (7/4/2020) sore di Kantor ARC Unsyiah Darussalam, Banda Aceh. 

"Jami sudah ajukan permohonan izin ke Dinkes Aceh dan tim Dinkes sudah meninjau lokasi produksi U-Hansa.

Insyaallah dalam waktu dekat kita akan peroleh izin edar dan bisa kita produksi dalam skala besar, khususnya untuk kebutuhan rumah sakit, puskesmas, dan klinik se-Aceh juga masyarakat Aceh pada umumnya," ujar Syaifullah.

Menag Tiadakan Shalat Tarawih di Masjid, MPU Aceh: Ini Bertentangan Dengan Prosedural Kesehatan

Selain menghasilkan HS di masa prahara corona ini, ARC Unsyiah rutin menghasilkan produk utama, yakni minyak atsiri dengan berbagai produk turunannya, seperti minyak nilam, minyak serai wangi, dan minyak kayu putih kualitas ekspor.

Sampai saat ini, kata Syaifullah, Indonesia mengekspor sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia atau sekitar 1.500 ton per tahun ke mancanegara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Singapura, Timur Tengah, dan lain-lain.

Kepala ARC Unsyiah, Dr Syaifullah Muhammad MEng bersama stafnya di ruang produksi hand sanitizer. Foto diabaikan Selasa (7/4/2020) sore di Kantor ARC Unsyiah Darussalam, Banda Aceh.
Kepala ARC Unsyiah, Dr Syaifullah Muhammad MEng bersama stafnya di ruang produksi hand sanitizer. Foto diabaikan Selasa (7/4/2020) sore di Kantor ARC Unsyiah Darussalam, Banda Aceh. (SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA)

"Dan minyak nilam Aceh sangat disukai oleh market internasional karena keunikan karakteristiknya seperti kandungan patchouli alkohol yang tinggi, yaitu 32-34%.

Hanya saja, selama ini yang diekspor adalah crude oilnya, sehingga nilai tambahnya justru didapatkan oleh luar negeri juga," ungkap Syaifullah.

Namun, dalam tiga tahun terakhir, lanjut Syaifullah, ARC Unsyiah telah mengembangkan berbagai produk turunan atsiri khususnya nilam.

Sebagian minyak nilam yang ditingkatkan kualitasnya di ARC menggunakan mesin distilasi molekuler dan fraksinasi bantuan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Sopir Taksi Online Nangis Curhat ke Jokowi, Tak Diberi Dispensasi Cicilan Selama Pandemi Corona

Kemudian, minyak nilam tersebut diolah menjadi parfum merek Neelam yang mulai gencar dipasarkan ke seluruh Aceh dan luar Aceh dalam harga terjangkau.

Per bulan, sebut Syaifullah, ARC rata-rata menghasilkan 1.000 botol parfum dengan varian Cadenza (green tea-nilam), Citna (citrus-nilam), Coffee (kopi-nilam), Janna (jambu-nilam), dan Jeumpa (jeumpa-nilam).

ARC Unsyiah juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan Prancis dan swasta masional untuk ekspor minyak nilam Aceh.

"Unsyiah telah menandatangani MoU dengan Payand Bertrand Prancis, Natgreen Prancis, dan PT Haldin Pasifik Semesta dalam pengembangan industri nilam Aceh," sebut Syaifullah.

Saat ini, kata Syaifullah, ARC dibantu oleh Badan Bisnis Unsyiah sedang mempersiapkan kelembagaan bisnis profesional untuk peningkatan income generating kampus dan masyarakat, terutama para petani nilam. (*)

Bank Aceh Syariah Serahkan Tangki Pengolahan Hand Sanitizer, Sekali Produksi Bisa Hasilkan 500 Liter

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved