Talkshow Radio
Wabah Dalam Literatur Aceh
Di Aceh, virus wabah ini dulu disebutkan dengan nama Ta’eun, diantaranya wabah kolera atau orang Aceh sering mengatakan Taeuen Ija Brok (Abad 18 M)
Oleh Ir Tarmizi A Hamid (CekMidi) *)
Alhamdulillah, tidak terasa kita telah berjumpa kembali dengan syedara lon di Program Bedah Kitab Indatu Selama Ramadhan 1441 H di radio Serambi FM 90.2 Mhz setiap Sabtu mulai pukul 10.00-11.00 WIB.
Selama 9 Tahun absen dalam program ini, dengan izin Allah SWT pada Ramadhan ini dapat berjumpa kembali dengan suasana Ramadhan yang sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun yang lalu.
Dalam melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini, kita diharuskan mematuhi segala aturan dan peraturan dari unsur Pemerintah, para Ulama, dan pakar medis di Aceh.
Mengikuti protokoler tim penanganan Virus Corona (Covid-19) yang sedang melanda Dunia pada saat ini.
Ini adalah bencana wabah yang paling dahsyat, namun semua ini terjadi karena kehendak Allah SWT.
Semoga Wabah ini segera berakhir sehingga kita bisa hidup normal seperti biasa.
• VIDEO - Bandara SIM Aceh Besar Sepi, Penerbangan Dihentikan Sampai 1 Juni 2020
Dalam waktu yang sangat singkat ini, mari kita sama-sama kita melihat ke belakang atas tragedi kemanusiaan ini pada masa-masa yang lalu yang pernah terjadi di Aceh.
Serta antisipasi yang bagaimana dikala leluhur Aceh dulu berbeda dengan era masa kini.
Dimana Aceh dulu, orang Aceh tidak memiliki teknologi kesehatan yang mumpuni dibandingkan dengan sekarang ini.
Di Aceh, virus wabah ini dulu disebutkan dengan nama Ta’eun, diantaranya wabah kolera atau orang Aceh sering mengatakan Taeuen Ija Brok (Abad 18 M akhir).
Kemudian pada pertengahan abad ke 19 M berubah sebutan dengan Taeuen Wabah Sampoh, wabah ini sendiri dibawa oleh marsose Belanda ke Aceh,
Wabah Kolera (Taeuen Ija Brok) akhir Abad 18, Taeuen Wabah Sampoh, dengan wabah inilah jatuh korban jiwa orang Aceh dan serdadu Belanda sendiri.
Seluruh Nusantara pada zaman dulu terkena dengan penyakit ini.
Termasuk Aceh yang dialami pada daerah daerah yang kotor dan kurangnya air bersih dan daerah yang banyak dihuni oleh serdadu Belanda.
• Tangan Dokter yang Mengoperasi Kim Jong Un Gemetar & Gugup Hingga Membuatnya Koma, Ini Kronologinya
Kedekatan masyarakat Aceh dengan agama, alam serta lingkungan dalam menangkal penyakit ini patut kita contohkan kepada era kini.
Kecintaan kepada agamanya lah alam dan lingkungan membuat masyarakat Aceh melakukan ritual ritual sakral untuk mengatasi dan menangkal wabah ini.
Tradisi inilah yang dilakukan sebagai tulak bala, dibabah jurong, meunasah meunasah, serta ritual kheunduri dengan tata cara keagamaan.
Berkaca pada Masa Lalu
Kearifan lokal masyarakat Aceh pada era Kesultanannya masa lalu, patut kiranya menjadi inspirasi bagi masyarakat Aceh dan dunia hari ini.
Penempatan Bak (kulaih ie) di depan rumah, penempatan Guci air, penempatan ember air di depan rumah masing-masing menjadi catatan penting bagi kita.
Tentang keberadaan air di depan rumah sebagai membersihkan diri sebelum masuk ke rumah, air sangat dominan dalam penanganan penyakit ini.
Keberadaan westafel dan hand sanitizer di tempat pada ruang publik pada penanganan penanggulangan covid-19 saat ini.
Dapat kiranya disejajarkan pada keberadaan Guci dan sumur di dalam perkarangan rumah tradisional orang Aceh sejak dahulu.
• Nasib Keluarga Ini, Suami dan Anak Positif Covid-19, Padahal Istrinya Baru Saja Sembuh dari Corona
Indatu Aceh telah mewariskan kepada kita hari ini betapa pentingnya mencegah penyakit dan menjaga kesehatan tubuh dengan cara mencuci tangan sebelum memasuki rumah.
Air rebusan ramuan dari daun sebagai tanaman obat di Aceh yang menghiasi perkarangan rumah-rumah penduduk di Aceh.
Tanaman obat yang ada dalam perkarangan rumah selain diminum air dari pada akarnya yang mengalir ke dalam sumur.
Juga karbon yang dihasilkan dari daun dapat memperkuat kekebalan tubuh dari serangan segala penyakit dan wabah.
Pengobatan
Tradisi meminum air rebusan dari daun tanaman dan rempah-rempah Aceh sebagai obat.
Segala resep racikan serta ramuan tersebut tersebut dalam naskah kuno Aceh pada bab mujarabat, ini berlanjut secara turun temurun.
• Untuk Fokus Tangani Corona, Ekonom Faisal Basri Minta Pemerintah Tunda Proyek Ibu Kota Baru
Kemudian Alquran obat untuk lahir dan bathin, sedangkan Madu yang sudah dihangatkan obat dari segala penghulu obat dari serangan wabah yang membahayakan bagi tubuh manusia.(*)
*) Narasumber Pemerhati Sejarah Aceh dan Kolektor Manuskrip Aceh