Hari Puisi Nasional 28 April, Mengenal Si Binatang Jalang Pelopor Angkatan 45

Setiap tanggal 28 April, diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Peringatan ini bukan hanya sebagai seremoni perpuisian di Indonesia...

Editor: Jalimin
TribunWiki.com
Chairil Anwar. 

SERAMBINEWS.COM - Setiap tanggal 28 April, diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Peringatan ini bukan hanya sebagai seremoni perpuisian di Indonesia, lebih dari itu setiap tanggal 28 April diperingati hari kematian Pujangga Indonesia Chairil Anwar.

Chairil Anwar yang dijuluki sebagai ‘Si Binatang Jalang’ lahir di Medan, 26 Juli 1922, meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Usia cukup muda dengan segudang karyanya yang ditinggalkannya.

Melansir dari TribunKaltim.com, diperkirakan, Chairil Anwar telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.

Puisi-puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

Chairil Anwar menuliskan puisi-puisi yang bertemakan tentang dukungannya terhadap kemerdekaan negara Indonesia.

Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia pun dinobatkan oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Mengutip dari buku Chairil Anwar, Karya Dra Sri Sut Jianingsih, Chairil Anwar mulai dikenal sebagai penyair pada tahun 1945.

Pada suatu hari di tahun tersebut ia datang ke Redaksi Panji Pustaka membawa sajak-sajaknya. la minta pada redaksi yaitu Armyn Pane agar sajak-sajaknya dimuat dalam Panji Pustaka.

Ini 10 Waktu Doa Mustajab di Bulan Ramadhan, dari Mulai Sahur Hingga Saat Berbuka

Trado Terperosok di Jembatan Pantai Dona, Arus Transportasi Semadam - Tanoh Alas Lumpuh Total

Diantara sajak tersebut terdapat sajak "Aku". Tetapi ditolak oleh Armyn Pane karena sajak-sajaknya sangat individualistis.

Terutama sajak 'Aku' terlalu berbau pemujaan terhadap diri sendiri. Atas penolakan tersebut ternyata Chairil tidak sakit hati.

Menurut HB Jassin "Aku" ditolak sebenarnya bukan karena sajak itu buruk, melainkan karena lebih banyak menyangkut situasi pada saat pendudukan Jepang yang peka terhadap kata-kata yang dapat dituduh mengandung unsur-unsur agitatip dan "Aku" memang mengandung bara api.

Dari Panji Pustaka "Aku" tiba di redaksi majalah Timur yang dipegang oleh Nur Sutan lskandar.

Walaupun Nur Sutan lskandar tidak menyetujui sikap dan tampang Chairil Anwar. Tetapi ketika Chairil Anwar datang, Nur Sutan lskandar menyetujui dimuatnya "Aku" dalam majalah Timur dengan diubah judulnya menjadi " Semangat".

Melalui sajak "Aku" Chairil Anwar kemudian terkenal dengan sebutan "SI BINATANG JALANG" di kalangan teman-temannya.

Dalam menuliskan sajak-sajaknya Chairil membawa perubahan yang radikal. la mempergunakan bahasa Indonesia yang hidup, berjiwa.

Bukan lagi bahasa buku melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra. Bentuk dan iramanya jauh dari pantun, syair, soneta,ataupun sajak bebas Pujangga Baru.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved