Kupi Beungoh

Wakaf Saudagar Aceh Sayid Husein Aidid di Pulau Pinang untuk Pendidikan Dunia Melayu

Beliau merupakan tokoh masyarakat Aceh yang berhijrah ke Pulau Pinang pada akhir abad ke-18 M untuk menyiarkan Islam dan menjadi pengusaha yang sukses

Editor: Mursal Ismail
FOR SERAMBINEWS.COM
Sayed Murthada (dua kiri) 

Dimana Penang Free School merupakan sekolah tertua dan terbaik di Pulau Pinang yang didirikan pada tahun 1816 M.

Diberi nama tersebut dikarenakan sekolah ini menerima siswa dari berbagai ras dan suku yang terdapat di Pulau Pinang.

Di antara alumni dari sekolah tersebut adalah P Ramlee,  yang merupakan aktor Melayu berdarah Aceh.

Pada  masa  itu  pendidikan  secara  formal  sangat  mahal,  sehingga  hanya  anak-anak  dari kalangan  bangsawan  atau  orang  kaya  yang  dapat  menghantarkan  putra-putrinya  ke  sekolah tersebut, sedangkan bagi golongan masyarakat yang kurang mampu yang memiliki kemampuan akademik  yang  bagus  tidak  dapat  menghantarkan  putra-putrinya  ke  sekolah  tersebut. 

Melihat kondisi ini, pada tahun 1883 M melalui Kejaksaan Tinggi di Pulau Pinang Syarifah Zuhara Aidid--anak dari Tuanku Sayid Syarif Husein bin Abdurrahman Aidid-- mewakafkan harta ayahnya untuk dunia pendidikan anak-anak Melayu.

Harta wakaf Tuanku Sayid Syarif Husein bin Abdurrahman Aidid  juga digunakan untuk orang yang tidak mampu dan membutuhkan dana untuk pengobatan melalui Yayasan The Penang Anti-Mendicity Society.

Selain memberikan bantuan beasiswa, dana sumbangan Tuanku Sayid Syarif Husein bin Abdurrahman Aidid juga digunakan untuk pembangunan asrama bagi siswa Melayu.

Tujuannya untuk mempermudah mereka dalam menjalani pendidikan, dimana asrama Melayu tersebut sekarang terletak di Kawasan Ayer Itam, Pulau Pinang.

Berdasarkan data keputusan Pengadilan Tinggi Pulau Pinang pada tahun 1883, penggunaan dana untuk beasiswa dan asrama digunakan untuk kebutuhan beasiswa, gaji security asrama, gaji tukang masak, kebutuhan asrama, dan seragam siswa.

Dimana beasiswa dan asrama bagi orang Melayu masih wujud sampai sekarang di Pulau Pinang serta telah menghasilkan banyak lulusan yang menjadi tokoh dan ilmuwan di Malaysia.

Pada tahap awal untuk pembangunan asrama, kebutuhan dana untuk beasiswa dan lainnya, mencapai $7.337,22 (Spanish Dollar), dimana satu Spanish Dollar mendekati nilai $ 100 (US Dollar) pada saat ini, sehingga besar dana yang dikeluarkan untuk pembangunan asrama tahap awal untuk pemberian beasiswa dan lainnya sebesar 100 x 7.337,22 =  $ 700.337,22 (US Dollar) atau senilai lebih kurang Rp 11 miliar (dengan nilai $1 = Rp.16.000).

Dan setiap tahun untuk perawatan asrama, gaji, makan, dan beasiswa dikeluarkan dana sebesar $ 2.030 (Spanish Dollar) atau senilai Rp 3,2 milyar setiap tahun.

Asrama Melayu dan beasiswa yang diberikan masih wujud sampai kini berdasarkan keterangan dari ahli keluarga Tuanku Sayid Syarif Husein bin Abdurrahman Aidid.

Pada saat ini pengelolaan terhadap wakaf di bawah Majelis Agama Islam Pulau Pinang.

Menurut oral history, pada masa hidup Tuanku Sayid Syarif Husein bin Abdurrahman Aidid banyak memberikan perhatian terhadap perkembangan pendidikan kaum muslimin dengan mendirikan beberapa madrasah dan mendatang guru-guru agama dari Aceh maupun Hadramaut ke Pulau Pinang.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved