Luar Negeri

Pengungsi Yaman Khawatirkan Serangan Covid-19, Ibu Empat Anak Ungkapkan Ketakutannya

Para pengungsi di kamp-kamp Yaman yang tandus mulai mengkawatirkan paparan virus Corona, Covid-19.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Khaled ZIAD
Anak-anak berjalan di sebuah kamp pengungsi dengan tenda plastik di Distrik Khokha, Provinsi Hodeida, Yaman pada 6 Mei 2020. AFP/Khaled ZIAD 

SERAMBINEWS.COM, KHOKHA - Para pengungsi di kamp-kamp Yaman yang tandus mulai mengkawatirkan paparan virus Corona, Covid-19.

Seperti Nasima Ahmed yang terus bertanya-tanya bagaimana dia dan keempat anaknya dapat melindungi diri dari novel virus Corona yang sedang mengintai negara itu.

Konflik lima tahun antara pemerintah dan pemberontak Houthi yang didukung Iran telah mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan,  di negara yang tidak siap menghadapi ancaman kesehatan baru.

"Kami tidak siap untuk virus Corona karena kami tidak punya apa-apa," kata Ahmed kepada AFP di tendanya, yang praktis kosong kecuali dua kasur busa compang-camping.

"Kita harus bisa menyimpan makanan kalau-kalau karantina diberlakukan," katanya.

"Aku takut. Aku takut pada anak-anakku karena virus ini dapat menyebabkan kematian kita,” tambahnya. 

Kamp pengungsi yang kumuh seperti di mana Ahmed tinggal di Khokha, di luar kota pelabuhan Laut Merah Hodeida, adalah tempat berkembang biak yang ideal untuk penyakit, dengan sedikit peluang sanitasi yang layak atau jarak sosial.

Sejak kasus COVID-19 pertama dilaporkan di Yaman bulan lalu, kecemasan telah tumbuh di antara mereka yang tinggal di tenda dari kanvas, cabang dan potongan-potongan plastik, paling miskin di negara termiskin di dunia Arab.

Sistem kesehatan Yaman telah hancur sejak konflik pecah pada 2014, dengan sekitar 20 juta orang, lebih dari dua pertiga populasi membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup, menurut PBB.

Saudi Berubah Haluan, Dari Pemimpin Bombardir Yaman, Jadi Pemimpin Bantuan Kemanusiaan ke Yaman

Yaman Terpecah Belah, Separatis Selatan Merdekakan Diri

Riyadh Tolak Kemerdekaan Separatis Selatan Yaman

Pemerintah sejauh ini melaporkan 65 kasus virus corona, termasuk 10 kematian.

Pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara termasuk ibukota Sanaa, telah mengumumkan dua infeksi, termasuk satu kematian.

Namun, seorang pejabat di ibukota sementara pemerintah Aden mengatakan jumlah kasus jauh lebih tinggi.

"Tujuh puluh orang meninggal karena berbagai penyakit di Aden dalam 24 jam antara hari Minggu dan Senin," kata pejabat itu, yang bekerja di unit penanggulangan krisis pemerintah, kepada AFP, Kamis (14/5/2020).

"Itu bisa dari virus Corona,... tetapi dengan tidak adan organisasi internasional dan pengujian, tidak ada cara untuk mengatakannya," kata pejabat itu, yang meminta untuk tetap tidak disebutkan namanya.

Pemerintah telah menuduh Houthi menutupi kasus-kasus, karena Pemerintahan Yaman yang diakui internasional terus mendesak kedua pihak untuk mengesampingkan konflik dan fokus pada pemberantasan pandemi.

Sekitar 3,3 juta orang telah mengungsi, terpaksa tinggal di sekolah-sekolah yang ditinggalkan atau kamp-kamp di mana penyakit seperti kolera merajalela karena kelangkaan air bersih dan obat-obatan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved