Para Perantau Shalat Idul Fitri di Atas Atap Indekos Karena Tak Bisa Mudik

Shalat Id berjamaah ini diikuti oleh lima orang, satu orang bertindak sebagai imam dan satu orang lainnya didapuk sebagai penyampai khotbah Idul Fitri

Editor: Faisal Zamzami
ANTARA/M Risyal Hidayat
Sejumlah perantau yang tinggal di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat, melaksanakan Shalat Idul Fitri 1441 Hijriyah di teras atap rumah (roof top), Mingggu (24/5/2020). (ANTARA/M Risyal Hidayat) 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga perantau yang tinggal di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat, melaksanakan Shalat Idul Fitri 1441 H di teras atap rumah (roof top) pada Minggu (24/5/2020) pagi.

Para perantau ini berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi dan Sumatera.

Mereka bekerja dari berbagai sektor di Jakarta.

Perantau tersebut tidak bisa pulang mudik ke kampung halaman karena pandemi COVID-19 serta aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah DKI Jakarta.

Shalat Id berjamaah ini diikuti oleh lima orang, satu orang bertindak sebagai imam dan satu orang lainnya didapuk sebagai penyampai khotbah Idul Fitri.

Hal itu sesuai tuntunan Shalat Id yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), jika Shalat Id diikuti lebih dari empat orang dapat diisi dengan khotbah.

"Setelah berpuasa selama 30 hari, tidak afdol rasanya bagi umat Muslim untuk tidak melaksanakan Shalat Id," kata Fauzi Lamboka, perantau asal Palu, Sulawesi Tengah, seperti dikutip Antara.

Fauzi mengatakan, Shalat Id sebagai puncak perayaan kemenangan setelah berpuasa dengan menahan lapar dan nafsu.

Menurut dia, walaupun saat ini masa pandemi COVID-19 dan pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta, mereka masih bisa melaksanakan Shalat Idul Fitri berjamaah sesuai anjuran pemerintah.

"Karena anjuran pemerintah untuk melaksanakan di rumah, namun ukuran indekos yang kecil, kami mendapatkan tempat di 'roof top' kosan yang bisa digunakan shalat berjamaah dengan makmum lima orang," kata Fauzi.

Bagi pria beranak tiga ini, Idul Fitri tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya.

Selain menahan lapar, haus dan hawa nafsu saat puasa, juga harus menahan ego dan keinginan untuk tidak mudik ke kampung halaman bersama keluarga.

"Kami sadari, jika tetap memaksakan diri untuk pulang bersama keluarga, kami akan membawa penyakit kepada mereka yang sehat di kampung halaman," kata Fauzi.

Fauzi memaknai Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini menahan nafsu dan egois demi kepentingan semua orang, bukan hanya diri sendiri dan keluarga.

Fauzi didapuk sebagai khatib yang membacakan khotbah Idul Fitri.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved