Berita Aceh Singkil

Lokan Sarang Buaya Aceh Singkil Tidak Lagi Primadona, Penjualan Menurun Drastis, Warga Terpukul

Namun kini, masa-masa lokan sarang buaya menjadi primadona sepertinya mulai tergerus. Pasalnya, sudah sepekan terakhir permintaannya menurun drastis.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Saifullah
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Penjual lokan menjajakan dagangannya di pinggir Jalan Singkil-Singkil Utara, kawasan Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Kamis (18/6/2020). 

Laporan Dede Rosadi

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Lokan atau kerang sungai asal Aceh Singkil sempat menjadi komoditi primadona dan banyak diburu orang, khususnya selama bulan puasa lalu.

Tidak hanya untuk konsumsi penduduk lokal, lokan alias kerang sungai tersebut juga dipasarkan hingga ke Pulau Nias, Sumatera Utara (Sumatera Utara).

Hal ini diduga tidak lepas dari asal pengambilan lokan tersebut yang diambil dari sungai tempat buaya bersarang sehingga ditabalkan nama lokan sarang buaya, sehingga membuat banyak orang penasaran, di samping memang cita rasanya yang unik dan khas.

Namun kini, masa-masa lokan sarang buaya menjadi primadona sepertinya mulai tergerus. Pasalnya, sudah sepekan terakhir permintaan lokan sarang buaya menurun drastis.

Pencari lokan yang biasanya dalam sehari mampu menjual hingga sampai dua karung, kali ini untuk memasarkan satu karung saja mulai kesulitan.

Sabang Diguncang Empat Gempa Bumi, Beredar Video Barang Dagangan Tumpah

7 Gampong di Bakotim Salurkan BLT-DD Tahap 2

Viral, Tinggalkan Kost Selama 3 Bulan Selama Masa Corona, Saat Balik Lagi, Mahasiswi Ini Kesurupan

Informasi para penjual, sepinya pembeli lokan sarang buaya itu sudah berlangsung sekitar sepekan terakhir. Praktis, kondisi itu memukul perekonomian warga yang sehari-hari mengandalkan penghasilan dari mencari lokan.

"Permintaan lokan menurun. Tadinya sehari habis mau dua karung, sekarang sekarung saja susah habis," kata Nurasiah alias Inang, pencari sekaligus penjual lokan di pinggir Jalan Singkil-Singkil Utara, kawasan Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara kepada Serambinews.com, Kamis (18/6/2020).

Menurut Nurasiah, anjloknya permintaan lokan sarang buaya itu bukan hanya berasal dari masyarakat lokal saja. Tetapi juga permintaan dari Nias yang merupakan pasar utama pemasaran lokan yang diambil dari sungai tempat buaya bersarang di Aceh Singkil.

"Permintaan dari Nias yang tadinya berapa pun persediaan lokan selalu ditampung, kini menurun," ungkap Inang yang membuka lapak jualan lokan di Warung Nirlawati.

Ia menyebutkan, lokan yang menjadi kuliner khas Aceh Singkil itu dijual Rp 30 ribu per kilogram dengan jumlah 100 biji.

India Putuskan Hubungan dengan Perusahaan Kereta Api dan Telekomunikasi China

Kisah Ibu dan 3 Anak Berusaha Menjauh dari Covid-19, Berjalan Kaki Sejauh 563 KM ke Hutan Amazon

Setahun Kabur Bersama Selingkuhan, Wanita Muda di Mashhad, Iran, Tewas Dipenggal Suaminya

Untuk memudahkan pembeli, penjual lokan memberikan layanan gratis ongkos kupas, sehingga pelanggan tinggal memasak saja.

Warga biasanya mencari sendiri lokan ke sungai dengan cara menyelam. Setelah terkumpul lalu dijajakan di depan rumah masing-masing atau di lapak yang dibangun di pinggir jalan.

Mencari lokan merupakan mata pencaharian utama masyarakat pinggir sungai di Aceh Singkil. Sehingga dengan anjloknya permintaan lokan maka secara otomatis sangat memukul perekonomian warga setempat.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved