Breaking News

Luar Negeri

Roket Milisi Iran Salah Sasaran, Targetkan Diplomat dan Tentara AS, Rumah Warga Jadi Korban

Dua roket milisi Iran dengan target diplomat dan militer Amerika di kawasan Zona Hijau, Baghdad salan sasaran

Editor: M Nur Pakar
AFP/Sersan Kyle Tabot
Kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak pada Januari 2020, telah berulang kali menjadi sasaran para milisi dukungan Iran. 

SERAMBINEWS.COM, BAGHDAD - Dua roket milisi Iran dengan target diplomat dan tentara AS di kawasan Zona Hijau Baghdad, Irak  salan sasaran.

Pasukan keamanan Irak Minggu (5/7/2020) mengatakan serangan itu terjadi lebih dari seminggu sejak penangkapan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mencegah insiden serupa.

Sejak Oktober 2019, para diplomat dan pasukan AS di seluruh Irak menjadi sasaran serangan sekitar tiga lusin rudal yang oleh Washington dipersalahkan atas faksi-faksi bersenjata pro-Iran.

Dalam langkah pertama, pasukan elit Irak pada akhir Juni 2020 menangkap lebih dari selusin milisi yang didukung Teheran.

Diduga merencanakan serangan baru di Zona Hijau Baghdad, rumah bagi AS dan kedutaan besar asing lainnya.

Pejabat pemerintah Irak mengatakan serangan itu akan berfungsi sebagai pesan untuk mencegah serangan di masa depan.

Tetapi pada hari Minggu (5/7/2020) dinihari, militan melakukan upaya lain.

Satu roket yang ditembakkan di Zona Hijau mendarat di dekat sebuah rumah, melukai seorang anak, menurut militer Irak.

Pasukan Irak Siaga di Perbatasan, Untuk Cegah Tentara Turki Masuk 

Inilah Camp Bucca, Penjara Milik AS di Irak yang Melahirkan Para Teroris Kejam di Dunia

VIDEO - Aksi Militer Turki Serang Markas Teroris PKK di Irak

"Pada saat yang sama, pasukan kami mampu menggagalkan serangan lain dan menyita roket dan peluncur Katyusha yang menargetkan pangkalan Taji di utara Baghdad," tambahnya.

Taju tempat pasukan koalisi pimpinan AS berpangkalan.

Pada Maret 2020, dua orang Amerika dan satu tentara Inggris tewas setelah rentetan roket di Camp Taji.

Upaya itu dilakukan hanya beberapa jam setelah kedutaan AS menguji sistem pertahanan roket baru yang dikenal sebagai C-RAM.

C-RAM, yang didirikan awal tahun ini di kedutaan, memindai proyektil yang masuk dan meledak di udara dengan memuntahkan beberapa ribu peluru per menit.

Serangkaian ledakan bisu terdengar di seluruh Baghdad pada hari ketika sistem itu tampaknya diuji, membuat orang yang lewat bingung dan parlemen Irak marah.

Wakil Ketua Parlemen, Hassan al-Kaabi mengecam sebagai tindakan provokatif dan tidak dapat diterima, karena dapat menempatkan daerah perumahan dalam bahaya.

Dilansir AFP, Minggu (5/7/2020), tidak ada komentar langsung dari kedutaan tentang apakah sistem itu digunakan melawan roket.

Irak telah lama terjebak antara dua sekutu utamanya Iran dan AS, musuh bebuyutan yang hubungannya semakin hancur sejak Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Teheran pada 2018.

Baghdad dengan hati-hati menyeimbangkan hubungannya dengan kedua negara, tetapi tembakan roket yang berulang kali berisiko mengguncang hubungan keduanya,.

AS menyalahkan serangan terhadap Kataeb Hezbollah, sebuah faksi yang didukung Teheran dalam jaringan unit-unit bersenjata yang disponsori negara Irak yang dikenal sebagai Hashsha-Shaabi.

Washington telah menuntut pemerintah Irak untuk lebih keras terhadap kelompok itu.

Pasukan lokal sudah lama ragu-ragu, takut tindakan langsung terhadap aktor sekuat itu akan menghadapi konfrontasi yang lebih luas.

Namun bulan lalu, pasukan keamanan melakukan serangan pertama terhadap pangkalan Kataeb Hizbullah di tepi Baghdad, merebut roket dan menangkap 14 milisi yang diduga merencanakan serangan di Zona Hijau.

Langkah itu dielu-elukan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Pompeo mengatakan kelompok-kelompok nakal , satu-satunya penghalang terbesar untuk bantuan tambahan atau investasi ekonomi untuk Irak.

"Tindakan Baghdad adalah langkah ke arah yang benar dan kami memuji mereka," katanya pekan lalu.

Namun dalam beberapa hari, semua, kecuali satu milisi dibebaskan dan beberapa terlihat membakar bendera AS dan Israel dan menginjak gambar Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhemi.

Kadhemi berulang kali bersumpah untuk mengakhiri tembakan rudal dan serangan yang berkelanjutan yang dipandang sebagai tantangan bagi otoritasnya.

Kataeb Hezbollah secara khusus sangat curiga terhadap Kadhemi, menuduhnya terlibat dalam pembunuhan AS Jenderal Iran Qasem Soleimani dan wakil kepala Hash dalam serangan drone Januari 2020 di Baghdad.

Kelompok ini pertama kali mulai memerangi pasukan AS pada tahun 2003, setelah invasi pimpinan Amerika untuk menjatuhkan Saddam Hussein.

Menurut pakar paramiliter Michael Knights, itu adalah sekutu Irak bersenjata Korps Pengawal Revolusi Iran, yang oleh Washington telah ditetapkan sebagai kelompok teroris.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved