Kesehatan

Waspada, Studi Temukan Remaja Sering Bergadang Hingga Larut Malam Berisiko Tinggi Terserang Asma

Fokus pengamatan dilakukan terhadap preferensi individu tidur dan aktivitas (chronotype) yang mungkin memainkan peran penting pada asma dan penyakit

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail

Seperti di mana para peserta tinggal dan apakah anggota keluarga mereka merokok.

Hasilnya, para peneliti menemukan remaja tipe malam memiliki risiko tiga kali lebih tinggi menderita asma dibanding remaja tipe malam atau perantara.

Remaja tipe malam juga berisiko dua kali lebih tinggi mengalami alergi rinitis.

"Hasil kami menunjukkan ada hubungan antara waktu tidur yang lebih disukai, dan asma dan alergi pada remaja,"

"Kita tidak dapat memastikan bahwa begadang menyebabkan asma, tetapi kita tahu bahwa hormon tidur melatonin sering tidak selaras. Pada orang yang terlambat tidur dan itu pada gilirannya dapat memengaruhi respons alergi remaja,” kata dr Moitra yang memimpin penelitian, dikutip dari Big News Network.com.

Berikut, 10 Manfaat Tidur Siang Bagi Kesehatan, Simak Infonya

Dokter Moitra beserta peneliti lainnya juga menduga bahwa efek pancaran cahaya buatan seperti dari ponsel dan tablet telah mempengaruhi hormon melatonin, atau yang dikenal dengan hormon tidur.

Mengubah perilaku berarti dapat mengurangi resiko.

Dalam hal ini, dokter Moitra mengatakan bahwa ia bersama timnya bermaksud melaksanakan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi kaitan hubungan ini.

Termasuk tes yang lebih objektif tentang kualitas tidur dan fungsi paru-paru.

"Kita juga tahu bahwa anak-anak dan remaja semakin terpapar cahaya dari ponsel, tablet, dan perangkat lain, dan begadang di malam hari," ujar dokter Moitra.

"Bisa jadi mendorong remaja untuk meletakkan perangkat mereka dan tidur sedikit lebih awal, akan membantu mengurangi risiko asma dan alergi. Itu adalah sesuatu yang perlu kita pelajari lebih lanjut," tambahnya.

Simak, Ini Penyebab Perempuan Sulit Hamil, Salah Satunya Kurang Tidur

Sementara itu, ia mendesak dokter untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan perilaku kepada pasien ketika mendiagnosis alergi dan asma.

"Kita perlu lebih waspada untuk bertanya tentang kebiasaan makan, kebiasaan tidur, apakah mereka bermain di luar, karena perilaku ini dapat dimodifikasi untuk membantu menghilangkan gejala," saran dokter Moitra, dikutip dari folio.ca.

Moitra mengatakan suplemen melatonin kadang-kadang dapat membantu sulit tidur.

Tetapi tidak boleh diminum secara teratur karena dapat mengganggu produksi hormon alami tubuh.

Dia juga menyarankan untuk meminimalisir paparan cahaya buatan di malam hari.

Jika tidak bisa dihindari, solusi yang disarankan ialah dengan menggunakan pencahayaan rumah berwana kuning dan layar LED serta mengurahi kecerahan cahaya buatan tersebut. (Serambinews.com/Yeni Hardika)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved