Sosok Djoko Tjandra, Pedagang Grosir Berubah Jadi Pengusaha, Punya Proyek Raksasa di Indonesia
Sebelum menjadi orang tajir, Djoko Tjandra dulunya adalah seorang pedagang toko grosir di Jayapura.
Untuk pupuk, Djoko juga mengembangkan pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur.
Pada 1983, usaha Djoko Tjandra memasuki sektor properti, dengan mengembangkan blok kantor.
Proyek-proyek besar dipegangnya. Seperi proyek gedung Lippo Life, Kuningan Plaza dan BCA Plaza.
Selain itu ada juga pengembangan Mal Taman Anggrek, yang dulunya merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara.
Kekuatan bisnis Mulialand
Djoko Tjandra merupakan tokoh utama dalam Grup Mulia.
Kiprahnya di sana dimulai dengan PT Mulialand, yang didirikan pada awal 1970-an oleh Tjandra Kusuma (Tjan Boen Hwa) dan tiga anaknya: Eka Tjandranegara (Tjan Kok Hui), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang) dan Djoko Tjandra.
Mulialand terlibat dalam konstruksi dan properti.
Properti mewah yang dikembangkannya meliputi Hotel Mulia Senayan, Wisma Mulia, Menara Mulia, Wisma GKBI, Menara Mulia Plaza 89, Plaza Kuningan, dan apartemen Taman Anggrek.
Pada 5 November 1986, mereka mendirikan PT Mulia Industrindo, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur kaca dan keramik.
Skandal Bank Bali
Ingat skandal Bank Bali dan dugaan korupsi di sana? Pada 11 Februari 1999, Djoko Tjandra menghadiri pertemuan di Hotel Mulia di Jakarta untuk membahas upaya Bank Bali untuk mengumpulkan Rp904 miliar yang terutang oleh tiga bank yang diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Tjandra hadir sebagai direktur Era Giat Prima, sebuah perusahaan yang mengumpulkan komisi sebesar Rp546 miliar agar BPPN mengeluarkan dana.
Sekitar Rp274 miliar uang komisi ditransfer ke rekening Djoko di BNI Kuningan, sementara sebagian dari uang itu ditransfer ke pejabat dan legislator Indonesia.
Setelah berita tentang skandal Bank Bali mencuat pada akhir Juli 1999, Djoko diselidiki oleh polisi dan Kejaksaan Agung.