Kupi Beungoh
Strategi Pemerintah Australia Membuka Kembali Sekolah di Era New Normal
Diperkirakan sekitar 1.6 milliar anak-anak di berbagai belahan dunia harus mengalami libur sekolah yang berkepanjangan.
Oleh Khairil Razali*)
COVID-19 telah mendera sejumlah negara di berbagai belahan dunia hampir menjelang satu tahun.
Tidak terhitung lagi dampak yang ditimbulkan oleh pandemi yang berawal dari Kota Wuhan, Cina tersebut.
Pandemic yang dimulai awal tahun 2019 kemudian menyebar begitu cepat dan masif hingga mencapai berbagai penjuru dunia, mulai dari kota hingga jauh ke peolosok desa.
Berbagai sektor kehidupan dibuat tidak berdaya dan malah ada yang mengalami kehancuran.
Banyak perusahaan-perusahaan besar harus menutup operasinya yang berujung pada pemutusan hubungan kerja jutaan karyawan.
Sektor penebangan juga tidak kalah dampaknya karena kebijakan negara yang menutup perbatasannya.
Pendidikan juga tidak ketinggalan, diperkirakan sekitar 1.6 milliar anak-anak di berbagai belahan dunia harus mengalami libur sekolah yang berkepanjangan.
Covid 19 telah memaksa pemegang kebijakan di berbagai negara untuk mengambil kebijakan menghentikan dan meliburkan kegiatan pendidikan yang berbasis tatap muka.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah kemudian di gantikan dengan online atau daring.
Para siswa dan siswi diharuskan berada dan belajar di rumah masing-masing secara jarak jauh dengan menggunakan perkembangan tekhnologi.
Kegiatan belajar dari rumah ini berlaku mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga Perguruan Tinggi.
Murid-murid didorong harus mampu belajar secara jarak jauh yang dipandu oleh guru-guru mereka.
• Wanita Muslim Australia Bagikan Makanan Gratis, Peduli Sesama Warga Saat Lockdown
• Seniman Aceh Jadi Guru di Sekolah Australia, Ajarkan Lagu Rumah Kita Milik God Bless
Kondisi di Australia
Covid 19 tidak memilah-milah negara miskin ataupun berkembang.
Negara yang sudah siap dengan teknologi ataupun belum.
Semua menghadapi persoalan yang sama dimana pendidikan harus tetap dijalankan walau dengan kondisi apapun.
Australia sebagai salah satu negara maju juga tidak terlepasa dari persoalan ini.
Pemerintah Australia mulai melakukan lockdown pada Februari 2020 telah menutup berbagai tempat keramaian mulai dari café, hotel, bar, termasuk sekolah.
Work from home bagi karyawan dan belajar daring bagi siswa-siswi merupakan salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah Australia.
Media-media Australia melaporkan berbagai tantangan dihadapi oleh orang tua murid yang harus menjadi guru dadakan.
Setelah mereda dan terkontrolnya penyebaran dan ancaman Covid 19 di sejumlah negara bagian, kebijakan untuk membuka kembali sekolah dan belajar mengajar secara tatap muka kembali dilaksanakan.
• Bolehkah Jamaah Wanita Dirikan Shalat Idul Adha Diimami Seorang Perempuan? Berikut Penjelasannya
Sangat Berhati-hati
Ada beberapa langah menarik yang diambil oleh pemerintah Australia dalam mebuka kembali sekolah-sekolah paska meredanya Covid 19.
Sebagai mahasiswa internasional yang turut serta membawa keluarga dan memiliki anak yang sekolah di tingkat SD dan SMP saya mengamati kehati-hatian luar biasa dari otoritas pendidikan dan pihak sekolah ketika membuka kembali sekolah untuk belajar secara tatap muka.
Dinas pendidikan berkerja sama dengan dinas kesehatan untuk memastikan bahwa siswa-siswi bebas dari Covid19 sebelum diizinkan belajar tatap muka di sekolah.
Sekolah melakukan perencanaan dan persiapan menyambut murid kembali dengan sangat hati-hati dimana sebelum proses kembali ke sekolah berlangsung, pihak sekolah melakukan sejumlah langkah-langkah penting.
Tahapan penting pertama adalah membersihkan (mensterilkan) komplek sekolah secara menyeluruh.
Segala fasilitas sekolah dilakukan proses disinfektan (pembersihan menyeluruh/deep cleaning) agar terbebas dari ancaman virus.
Kedua adalah mempersiapkan aturan protokol kesehatan/pergerakan murid di dalam kawasan sekolah yang lengkap dan mudah dipahami oleh setiap murid.
Di seluruh kawasan sekolah di persiapkan petunjuk serta aturan yang harus di jalankan dan dipatuhi oleh para murid ketika mereka berada di sekolah.
Pesan-pesan informatif yang ada di sekolah juga di sampaikan kepada seluruh wali murid melalui media sosial sekolah ataupun pesan melalui pesan singkat (SMS) dan pengumuman berbasis kertas.
Kebijakan berikutnya adalah memberitahukan kepada seluruh wali murid agar tidak memasuki kawasan sekolah.
Kebijakan melarang wali murid sebagai salah satu langkah penting dalam mengontrol besarnya ancaman tercemarnya kembali kawasan sekolah.
Misalnya ketika momen menjemput, dimana umumnya orang tua hadir dari berbagai tempat dan aktifitas yang bila diizinkan memasuki kawasan sekolah akan sangat rentan tercemar.
Sehingga yang dibolehkan hadir ke kawasan sekolah hanyalah guru dan murid setiap harinya dengan jumlah yang bisa terkontrol.
Kebijakan ini benar-benar berjalan, ditambah ketatnya aturan yang melindungi sekolah.
• Tgk Jamaluddin Pemilik Suara Merdu jadi Imam Shalat Ied di Islamic Center Lhokseumawe, Ini Profilnya
Proses kembali ke sekolahpun sangatlah berjenjang, pada pekan-pekan pertama kembali bersekolah, sistim bersekolah di atur dengan jumlah murid yang terbatas perharinya.
Sekolah menggunakan mekanisme tertentu dalam menentukan siapa dan bersekolah hari apa.
Sehingga mekanisme untuk menerapkan protokol kesehatan bisa berlangsung dengan baik.
Membatasi jumlah murid perkelas perhari mampu memberikan pelajaran bagi murid untuk bersosialisasi untuk menghindari ancaman virus di kawasan sekolah.
Sekolah bergiliran diterapkan selama 3 pekan untuk memperkenalkan tata cara dan menjaga protokol kesehatan tetap bisa dijalankan oleh semua murid.
Paska bersekolah selama satu bulan, seluruh murid bisa kembali ke sekolah seperti sediakala namun mereka telah di didik bersekolah dalam bingkai patuh terhadap protokol kesehatan.
Untuk memastikan kesinambungan terbebas dari virus di dalam kawasan sekolah, pihak sekolah tidak menganjurkan dan melarang anak-anak yang mengalami flu atau demam atau memiliki tanda-tanda penyakit tersebut untuk bersekolah.
Sekolah mengharuskan dan memberi izin kepada keluarga untuk mengistirahatkan anak-anak mereka di rumah.
Keluwesan ini memberi jaminan bagi para orang tua untuk menjaga anak-anak mereka terdampak covid 19.
Tidak jarang anak-anak yang di pulangkan dari sekolah bila mereka mengalami batuk atau bersih ketika hadir di sekolah.
Sikap ketegasan sekolah mampu menjaga anak-anak dari ancaman tertularnya virus corona.
Langkah prefentif penting lainnya yang di jalankan oleh sekolah adalah memberi disinfektan bagi setiap anak ketika mereka memasuki kawasan sekolah.
Seluruh anak harus membasuh tangan mereka dengan cairan disinfektan yang di berikan oleh guru di pintu pagar.
Untuk mempertahankan kebersihan anggota tubuh para murid terutama tangan, pihak sekolah mempersiapkan cairan disinfektan di berbagai lokasi dalam kawasan sekolah.
Selanjutnya sekolah juga hanya membuka akses masuk melalui pintu yang terkontrol dan di jaga oleh para guru.
Mekanisme ini akan sangat membantu proses mengawasi keluar masuk murid dengan teratur.
Tahapan demi tahapan yang di jalani oleh semua pihak yang terlibat dalam kembalinya para murid bersekolah, tidak terlepas dari kesiapan aturan, kerjasama dan kepatuhan para pihak.
Nilai kerjasama (saling berperan) begitu menguat terutama menjelang awal-awal akan kembali dibukanya sekolah.
Peran penting dari otoritas (dinas) pendidikan untuk membangun rasa saling bertanggung jawab antara sekolah (guru) dan rumah (orang tua).
Otoritas meluncurkan berbagai himbauan yang bersifat informatif untuk menyampaikan informasi bagi murid dan orang tua agar benar-benar terjalin kerjasama dalam menghadapi ancaman virus ketika kembali bersekolah bagi murid-murid.
Di sisi lain, para guru (wali kelas) melakukan komunikasi (telpon) dengan setiap orang tua menyampaikan informasi tentang peraturan yang akan dilaksanakan di sekolah.
Komunikasi individu ini rutin berlangsung setiap bulannya untuk memperbaharui setiap kebijakan atau perkembangan yang terjadi di sekolah.
Kerjasama ini mampu melahirkan kepatuhan dan rasa tanggungjawab terutama dari orang tua dalam mendukung anak-anak kembali bersekolah.
Para orang tua mampu menjaga kewajiban mereka disaat mengantar dan menjemput anak-anak mereka.
Dari setiap cerita sekilas, para murid juga menjalani aturan yang ketat saat bersekolah.
Sekolah benar-benar menjalankan proteksi bagi setiap murid agar benar-benar dijalankan terutama pola hidup bersih selama berada di sekolah.
Contoh paling sederhana adalah mencuci tangan berlangsung rutin.
Inilah hikmah disaat jutaan anak-anak lainnya masih belum bisa kembali ke sekolah seperti sediakalanya, Australia telah mengambil kebijakan untuk membuka kembali sekolah-sekolah mereka.
Belajar jarak jauh atau daring bukanlah pilihan yang mudah bagi guru, murid dan orang tua terutama di daerah-daerah terpencil.
Namun membuka kembali sekolah juga menimbulkan rasa was-was akan kembalinyan serangan virus corona.
Mudah-mudahan sekelumit pengalaman ini berguna untuk nanggroe endatu yang sedang menghadapi persoalan yang sama. Semoga….!
Newcastle, 30 Juli 2020
*) PENULIS adalah Dosen Prodi Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry, Penerima Beasiswa MORA Program 5000 Doktor, saat ini bermukim Kota Newcastle, Australia.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.