Berita Lhokseumawe
Begini Kisah Tasfiah Gadis Rohingya Cantik yang Telah Kabur dari Kamp Pengungsian di Lhokseumawe
Menurut perkiraan dirinya kabur ke arah Medan, namun sebagian dugaan Tasfiah telah dibawa kabur oleh rekannya.
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Nur Nihayati
Dikatakannya, tidak menutup kemungkinan pengungsi yang kabur tersebut telah ditunggu oleh kawannya sesama etnis Rohihngya yang sebelumnya telah berada di Kota Medan, untuk selanjutnya di bawa ke Medan, Sumatera Utara.
"Ini masih dugaan awal, tapi walau bagaimanapun, saat ini masih dilakukan pencarian terhadap pengungsi yang kabur tersebut oleh tim gabungan," jelas Kompol Adi Sofyan.
Ia menambahkan, hingga saat ini belum diketahui keberadaan wanita Rohingya yang diduga menghilang dari kamp pengungsian.
Kompol Adi mengatakan, pihak kepolisian masih menunggu koordinasi dengan pihak UNHCR.
Untuk diketahui, sebelumnya jumlah mereka berkisar 99 orang lalu ditempatkan di bekas Kantor Imigrasi, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhoksemawe.
Namun pada Jumat (10/7/2020), ke 99 Rohignya itu kembali di relokasi ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) yang berlokasi di Desa Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Pada saat itu alasan mereka dipindahkan karena kondisi lokasi bekas kantor Imigrasi sudah tak layak di tempati karena minimnya fasilitas seperti air bersih, MCK dan tempat lainnya.
Kini 99 pengungsi Rohingya itu telah menempati di tempat yang lebih layak dari tempat sebelumnya.
Tak terasa sudah sebulan mereka menempati gedung BLK tersebut.
Berbagai bantuan mengalir, baik dari masyarakat, lembaga, NGO, dan bantuan dari pihak lainnya yang terus mengalir untuk mereka.
Seakan kehidupan mereka mulai normal kembali sebelumnya mereka terombang-ambing ditengah laut.
Pengungsi Rohingnya dari Myanmar ingin mencari kehidupan yang lebih baik daripada penindasan di tanah air mereka.
Sungguh kasihan nasib mereka, ketidak jelasan nasib etnis keturunan Benggali itu memang telah menjadi perhatian dunia sejak lama.
Pasalnya, orang-orang Rohingya tidak diakui sebagai warga negara oleh pemerintah Myanmar.
Mereka pun kerap mendapat perlakuan buruk, seperti ancaman penghapusan ras, sebagaimana diberitakan berbagai media massa.