Jurnalisme Warga
Wisata Ilmu di Kampus Biru
Bila UIN Ar-Raniry disebut sebagai “wisata ilmu”, maka wisatawannya adalah masyarakat dan mahasiswa yang berbahagia saat mengunjunginya

OLEH MUHADI KHALIDI, M.Ag., Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry dan Anggota Komunitas Menulis Pematik Chapter Aceh Tenggara, melaporkan dari Darussalam, Banda Aceh
BERBICARA wisata tidak harus dipahami dalam arti liburan ke laut atau mendaki ke puncak gunung. Wisata adalah sebuah kegiatan (bepergian) yang pada intinya mendatangkan kebahagiaan bagi para pelakunya. Maka, jangan heran jika ada aset wisata yang menawarkan paradigma lain seperti tempat ibadah, pendidikan, atau koleksi buku yang memukau. Begitu juga bila kita berkunjung ke ‘Kampus Biru’ sebagai julukan klasik terhadap UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Bila UIN Ar-Raniry disebut sebagai “wisata ilmu”, maka wisatawannya adalah masyarakat dan mahasiswa yang berbahagia saat mengunjunginya. Bila musim seleksi masuk pergeruan tinggi atau musim kuliah akan tiba, masyarakat dari berbagai pelosok berbondong-bondong mengunjungi UIN untuk melihat langsung Kampus Biru yang akan tempat bagi anaknya menimba ilmu.
Biasanya, kedatangan orang tua atau wali dari mahasiswa sekalian dengan mencari tempat kos yang sesuai dengan kenyamanan yang diinginkan. Situasi seperti inilah yang paling intens menjadi momen wisata bagi masyarakat untuk mengunjungi setiap lorong kampus sang anak.
Di samping itu, sebagai salah satu kampus populer di Aceh, UIN Ar-Raniry memiliki berbagai pakar intelektual dengan basis ilmu keislaman yang mumpuni. Mulai dari ahli fikih, hadis, tafsir, hukum, sosiologi, psikilogi, sejarah, pendidikan, filsafat, dan masih banyak lagi. Para dosen ini merupakan aset terpenting bagi UIN Ar-Raniry khususnya dan Aceh pada umumnya. Maka tidak heran, Aceh yang memiliki ratusan dayah di berbagai titik kerap menjadikan UIN sebagai kampus prioritas karena sesuai dengan basis keilmuan sebelumnya.
Kelebihan UIN Ar-Raniry lainnya juga terletak pada perannya dalam menghasilkan lulusan yang agamis dan siap terjun ke masyarakat. Misalnya, menjadi imam masjid, khatib Jumat, penceramah, hafiz-hafizah, bahkan menjadi narasumber dalam kegiatan keagamaan. Meski demikian, bukan berarti UIN tidak memiliki kapasitas dalam kajian non-Islam. Ia juga memfasilitasi berbagai disiplin ilmu umum, tapi tetap dengan corak keislaman yang menjadi keunikan tersendiri. Seperti adanya ekonomi Islam, politik Islam, perbankan Islam, pemikiran Islam, dan lain-lain.
Selanjutnya, secara kelembagaan, setiap fakultas di lingkungan UIN Ar-Raniry memiliki wadah yang menampung aspirasi dan pelopor bagi masyarakat. Fakultas Syariah dan Hukum misalnya, memiliki lembaga bantuan hukum bernama Pusat Klinik Hukum UIN Ar-Raniry, Pusat Studi Sumber Daya Manusia FSH UIN Ar-Raniry, dan Pusat Studi Ilmu Falak FSH. Ada juga lembaga lain seperti Pusat Studi Gender dan Anak UIN Ar-Raniry. Semua lembaga tersebut memiliki iktikad baik guna memberikan edukasi dan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Pada orientasi yang lain, UIN Ar-Raniry juga memiliki program keagamaan dan penyiaran pendidikan melalui Radio As-salam. Ada pula program baca Alquran bersama yang secara rutin dilakukan setiap Senin, tepatnya setelah shalat Zuhur di Masjid Fathun Qarib. Kampus UIN juga memiliki program pemondokan yang menggembleng mahasiswa untuk mampu berbahasa Arab dan berbahasa Inggris. Meskipun ini bukan bagian dari program perkuliahan, tapi sangat berguna bagi mahasiswa jika sudah lulus nantinya.
Profil UIN
Kampus UIN Ar-Raniry terletak di Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam Banda Aceh yang pada saat itu langsung diresmikan oleh presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno. Bapak Proklamator tersebut mengatakan bahwa Darussalam merupakan pusat pendidikan Aceh yang melambangkan kedamaian dan persatuan. Ini merupakan buah hasil dari kerja sama pemimpin dan rakyat Aceh yang patut dibanggakan hingga saat ini. Harapannya, melalui kampus yang ada di Aceh ini, masyarakat Aceh lebih bermartabat dan menjadi generasi penerus ke depan.
Secara umum, UIN Ar-Raniry memiliki sembilan fakultas dan satu pascasarjana dengan visi, “Menjadikan universitas yang unggul dalam pengembangan dan pengintegrasian ilmu keislaman, sains, teknologi, dan seni”.
Selaras dengan visinya, Kampus Biru ini menjadi garda terdepan untuk peningkatan mutu pendidikan perguruan tinggi Islam di Aceh dan Indonesia. Hal itu senada dengan identitas Aceh sebagai wilayah penegak syariat Islam. Maka, UIN Ar-Raniry berperan penting dalam memberikan nilai-nilai religius baik aspek spiritual, intelektual, emosional, dan ilmiah keagamaan.
Pada ranah kurikulum, tiap fakultas di UIN memiliki tiga kategori. Kurikulum umum (seuniversitas), kurikulum tingkat fakultas, dan kurukulum khusus prodi terkait. Meski variatif, semua kurikulum itu harus mengikuti standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang cerdas dan siap bersaing ketika lulus nantinya.
Belajar di UIN Ar-Raniry bukan serta merta hanya persoalan peningkatan dimensi intelektual (IQ) semata. Mahasiswa juga akan memperoleh dimensi keilmuan lain seperti kemampuan bersosial yang dikenal dengan emotional quotient (EQ), bahkan lebih jauh juga mengajarkan dimensi pemahaman beragama yang disebut spiritual quotient (SQ).
Ketiga prinsip ilmu ini harus dimiliki oleh seseorang jika ia ingin memperoleh kesuksesan secara paripurna. Sukses tidak hanya dipandang pada ranah intelektual, begitu banyak orang yang cerdas, tapi menganggur. Itu karena ia tidak memiliki dukungan ilmu lain seperti kemampuan berkomunikasi yang baik (silaturrahmi) yang membuka pintu rezeki.