Luar Negeri
China Robohkan Masjid untuk Bangun Toilet Umum di Uighur, Begini Reaksi Pakistan
Agenda kebijakan luar negeri Pakistan membawa kontradiksi. Pakistan berusaha memproyeksi diri sebagai pembela Islam Global.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Mursal Ismail
Agenda kebijakan luar negeri Pakistan membawa kontradiksi. Pakistan berusaha memproyeksi diri sebagai pembela Islam Global.
SERAMBINEWS.COM - Masjid telah dibongkar di Kota Atush di Daerah Otonomi, Uighur, Xinjiang, China, untuk didirikan toilet umum.
Melansir dari Zee News pada hari Selasa (18/8/2020), beberapa pengamat percaya bahwa hal tersebut adalah misi dari Partai Komunis China, bertujuan untuk menghancurkan semangat Muslim Uighur.
Namun, Pakistan sebagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim tidak menanggapi persoalan tersebut, meski memiliki hubungan khusus dengan China.
Demikian dilapor media Zee News sebagai media saluran televisi berita India.
"Agenda kebijakan luar negeri Pakistan membawa kontradiksi. Pakistan berusaha memproyeksi diri sebagai pembela Islam Global.
Tetapi tidak ada respon pada penganiayaan muslim di Uighur, China," jelas seorang petugas yang bekerja pada bidang keamanan pada Zee News.
China telah memicu perang terhadap muslim di wilayahnya, yang menargetkan budaya, sejarah dan agama mereka, namun orang-orang di Xinjiang tidak dapat berbuat banyak terhadap hal tersebut.
• AS Beri Sanksi Kepada Organisasi Paramiliter di China, terkait Pelanggaran HAM Terhdap Etnis Uighur
• China Mobilisasi Tentara Etnis Han Gusur Muslim Uighur, AS Jatuhkan Sanksi ke Perusahaan Paramiliter
• Mengenal Sosok Dilraba Dilmurat, Wanita Tercantik Asia, Aktris China Keturunan Uighur
Saat ini, China menjadi rumah bagi lebih dari 22 juta Muslim, termasuk sekitar 11 juta orang Uighur.
Masjid dan situs keagamaan lainnya di Xinjiang rusak parah selama pergolakan politik pada Revolusi Kebudayaan 1966-1976 China.
Arahan untuk menghancurkan tempat ibadah Muslim secara massal adalah bagian dari kampanye Ralat Masjid yang diluncurkan oleh China pada 2016.
Selain itu, menjadi salah satu bagian dari serangkaian kebijakan garis keras di bawah Presiden China, Xi Jinping.
Sempat diberitakan penahanan massal sebanyak 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di jaringan luas kamp penahanan di Xinjiang.
Laporan dari Radio Free Asia yang baru-baru ini melakukan wawancara dengan penduduk lokal Uighur, melaporkan bahwa penduduk setempat tidak perlu toilet umum, karena kebanyakan warga telah memiliki kamar kecil di kediaman mereka.