Luar Negeri
China Mobilisasi Tentara Etnis Han Gusur Muslim Uighur, AS Jatuhkan Sanksi ke Perusahaan Paramiliter
Pemerintah AS, Jumat (31/7/2020) menuduh pemerintah China memobilisasi tentara etnis Han ke area Muslim Uighur. AS langsung memberi sanksi
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON – Pemerintah AS, Jumat (31/7/2020) menuduh pemerintah China mobilisasi tentara etnis Han ke area Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.
AS langsung memberi sanksi terhadap kelompok paramiliter besar dengan kepentingan besar di wilayah barat laut Cina Xinjiang.
Menuduhnya melakukan pelanggaran terhadap Muslim Uighur dan kelompok Muslim lainnya.
Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiangyang menjalankan permukiman sendiri, universitas dan media di wilayah yang diarahkan untuk menjadi mayoritas Han China
Perusaan ini memiliki aset di AS, sehingga dibekukan, kata Departemen Keuangan AS.
"Amerika Serikat berkomitmen menggunakan seluruh kekuatan keuangannya untuk meminta pertanggungjawaban pelanggar HAM di Xinjiang dan seluruh dunia," kata Menteri Keuangan, Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan.
Didirikan pada 1950-an di bawah perintah pendiri komunis China, Mao Zedong, Korps, yang dikenal Bingtuan, menempatkan tentara yang dimobilisasi di lahan pertanian Xinjiang.
Berangsur-angsur datang untuk menjalankan sejumlah besar tanah pertanian serta bisnis di berbagai bidang seperti real estat, asuransi, plastik dan semen.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan China dalam beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan migrasi etnis Han ke wilayah tersebut.
• Provinsi Muslim di China, Xinjiang Mulai Catat Kasus Virus Corona
• China Punya Misi Menjadi Negara Adikuasa Penakluk Luar Angkasa
• China Bungkam Muslim Uighur, 435 Intelektual Dipenjara atau Hilang Secara Paksa
Bahkan, mencoba menyeragamkan secara paksa suku Uighur dan Muslim Turki lainnya, termasuk melarang mereka beribadah.
Aktivis mengatakan sekitar satu juta warga Uighur dan warga Turki lainnya dipenjara di kamp-kamp pencucian ota.
Sebuah penahanan massal yang menurut para pejabat AS memiliki kesamaan dengan Holocaust.
China menggambarkan kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan dan mengatakan berupaya menyediakan pendidikan untuk mengurangi daya pikat radikalisme Islam.
Amerika Serikat pada awal Juli 2020 membekukan visa dan aset tiga pejabat Xinjiang termasuk Chen Quanguo, ketua partai Komunis di wilayah tersebut.
Departemen Keuangan mengatakan pihaknya mengambil tindakan terhadap Bingtuan atas hubungan dengan Chen.