Kisah Hidup Prof Dessy R Emril
Profesor Muda yang Bersinar di Kancah Internasional (1)
Di usianya yang relatif muda 44 tahun, Dessy resmi menyandang gelar profesor, dan satu-satunya wanita guru besar termuda yang dimiliki Unsyiah saat in
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
Di tengah suasana santai dan sejuk itu, Dessy bercerita banyak hal. Tentang kisah hidup dan perjalanan kariernya.
“Saya ini tipe orangnya perfeksionis,” ucapnya tentang sisi lain dari hidupnya.
Selama 20 tahun bergelut dengan dunia pendidikan dan penelitian, Dessy R Emril telah berkontribusi banyak dalam ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Antara lain sosoknya menjadi figur penting di balik kelahiran pusat pendidikan dan pelatihan (fellowship) pain management (penatalaksanaan nyeri) di RSUZA Banda Aceh yang kemudian menjadi fellow pain management neurologi satu-satunya di Indonesia.
Beberapa hasil penelitiannya kerap dipakai, dan diterapkan dalam pengobatan pasien dengan keluhan nyeri dan nyeri kepala. Di forum internasional, ia juga kerap diundang menjadi pembicara.
Tepatnya hari ini, Rabu 19 Agustus 2020, Dessy R Emril kembali menancapkan tonggak sejarah baru dalam hidupnya.
Di usianya yang relatif muda 44 tahun, Dessy resmi menyandang gelar profesor, dan satu-satunya wanita guru besar termuda yang dimiliki Unsyiah saat ini dalam bidang ilmu penyakit saraf.
Proses pengukuhan gelar akademik tertinggi itu berlangsung secara virtual karena pandemi covid-19, di Gedung ACC Dayan Dawood Unsyiah.
Pengukuhan gelar akademik tertinggi itu dipimpin Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng dihadiri undangan terbatas.
Memang tidak mudah untuk menggapai impian menuju puncak karier itu.
Dessy butuh perjuangan panjang, dan usaha keras untuk meraihnya. Pengajuan berkas persyaratan untuk gelar profesor dimulai pada Mei 2019.
Disertai dukungan teman dekat, keluarga dan para seniornya, ia membulatkan tekad mengajukan berkas ke Kemendikbud.
Antara lain berupa hasil karya ilmiah yang dimuat di jurnal nasional dan internasional serta beberapa judul buku yang ditulisnya.
Tidak ada kendala berarti, proses penelitian berkas berjalan normal. Beberapa bulan kemudian, atau pada 1 Desember 2019 Kemendikbud mengeluarkan SK, dan Dessy ditetapkan sebagai guru besar Unsyiah dalam bidang ilmu penyakit saraf dengan angka kredit 859 dalam jabatan Lektor Kepala.(*)