Berita Bener Meriah
Dampak Covid-19, Eksportir Kopi Menjerit, Minta Dana Stimulus Untuk Tampung Kopi Petani
Dampak virus Corona baru, Covid-19 menghantam sektor perdagangan kopi, khususnya para eksportir dataran tinggi Gayo.
Penulis: Budi Fatria | Editor: M Nur Pakar
Dan harga beli dari petani untuk kopi gelondongan merah bisa Rp 10.000 sampai Rp 11.000 per bambu.
“Hal ini tentu sangat membantu petani dan inilah saatnya pemerintah hadir untuk membantu petani kopi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, sebutnya, harga beli kopi diperkirakan akan semakin turun.
Karena selain stok panen kopi sebelumnya yang masih banyak tersisa, masa panen raya akan segera tiba.
“Saat ini di gudang saya masih menumpuk sebanyak 7 ton kopi dengan modal Rp 50 ribu/kg yang sudah ready ekspor," katanya.
Ditambahkan belum lagi gudang-gudang yang lain, dan petani sendiri juga menyimpannya karena harga jual saat ini sangat murah.
Dia memperkirakan, stok kopi panen sebelumnya di Bener Meriah masih tersisa sebanyak 600 ton.
Belum lagi yang akan datang, panen raya diperkirakan sebanyak 1.000 ton.
“Prediksi saya panen raya ini harga kopi akan turun karena kran ekspor juga belum dibuka akibat pandemi Covid-19 dan kemarin saya hanya bisa mengirim kopi Gayo sebanyak 5 ton ke Taiwan,” sebutnya.
Sementara itu, pengepul kopi Windi (33) menyampaikan, hanya mampu membeli kopi Rp 5.000/bambu.
Sebab, selain harga dasar jual kopi yang murah Rp 40 ribu/kg, kualitas kopi panen perdana ini tidak terlalu bagus.
“Harga kopi saat ini berada di level yang paling rendah sehingga membuat masyarakat menjerit,” ujarnya.
Ia juga berharap pemerintah segera mengambil langkah-langkah yang kongkrit agar harga beli kopi ditingkat petani kembali stabil.(*)
• Hari Ini, Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Bener Meriah Bertambah 6 Orang
• Bener Meriah Minta Warga Dukung Radio Rimba Raya dan Damaran Baru Ecovillage Dalam Nominasi API 2020
• TP-PKK Bener Meriah Bagikan 20 Ribu Masker