Palestina Kian Terlupakan di Timur Tengah, Negara Arab Meninggalkannya dalam Senyap, Ini Buktinya
para ahli yang telah lama memusatkan perhatian pada konflik Israel-Palestina, mengatakan itu sebagai krisis sentral di Timur Tengah.
Mereka punya bukti soal pemberotakan bisa menjungkirbalikkan pemerintah.
Misalnya kasus Ben Ali dari Tunisia dan Ali Abdullah Saleh dari Yaman, atau menyebabkan perang saudara yang berlanjut di Yaman dan Suriah.
Pada awal 2000-an, para ahli yang telah lama memusatkan perhatian pada konflik Israel-Palestina, mengatakan itu sebagai krisis sentral di Timur Tengah.
• Iwan Gayo Buru Pinjaman Emas 400 Kg Milik Saudagar Aceh, Begini Respon Beragam Warganet
Ditambah kedatangan Amerika Serikat yang membuat perang itu semakin rumit.
Tapi kini, mereka melihat konflik itu sebagai kondisi untuk strategi “luar-dalam” menjadi jauh lebih baik.
Sehingga untuk pertama kalinya, Palestina hampir jadi tontonan Timur Tengah.
Belum lagi ada fakta pengakuan Amerika Serikat atas aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Ada juga kekhawatiran yang disuarakan oleh pemerintah Arab terhadap pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dan dalam kedua kasus tersebut, sudah tidak ada jalan bagi Palestina.
Walau sudah ada protes dari Palestina, UEA tetap menandatangani perjanjian normalisasi yang melanggar jalan dengan Israel.
• Polisi Jatuhkan Gadis 12 Tahun Saat Demonstrasi, Akibatnya Picu Kemarahan Baru di Hong Kong
Lalu ketika Liga Arab menolak permohonan Palestina untuk mengutuk UEA atas perjanjian itu.
Dan ketika Arab Saudi secara terbuka mengizinkan pesawat El Al melintasi wilayah udaranya.
Terakhir, ketika Bahrain mengumumkan akan melakukan hal yang sama.
Sekarang tampaknya dukungan terkuat untuk penolakan Palestina tidak berasal dari dunia Arab.
Melainkan dari elemen sayap kiri di Barat, khususnya para intelektual, akademisi, dan pembantunya.