Update Corona di Aceh
Curhat Para Dokter di Aceh: Mungkin Besok Giliran Saya yang Terpapar Covid-19
curhatan dari para dokter itu lebih berupa luapan perasaan dan rasa heran mengapa perilaku masyarakat belum juga berubah
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Sayangnya, ia terpapar Covid saat menangani pasien Covid-19 di RSUZA Banda Aceh. Jadi, dia itu pahlawan Covid Aceh.
Sangat pantas bila nama Ruang RICU RSUZA Banda Aceh, tempat ia diisolasi, dirawat, dan akhirnya mengembuskan napas terakhir, diabadikan nama dr Imai Indra SpAn.
Menjadi mujahid
Beberapa hari sebelum kematian dr Imai Indra, seorang dokter di Banda Aceh yang tahu dr Imai dan dokter lainnya sedang berjuang melawan rongrongan virus corona, menulis hal yang menggetarkan nurani para dokter di status Facebooknya.
Dia adalah Dr dr Rosaria Indah MSc, Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah. Berikut nukilannya:
Sudah lebih dari 205 tenaga kesehatan (nakes) di Aceh terjangkit SARS Cov-2 dari 1.136 yang positif. Artinya, 15-18% yang terjangkit di Aceh adalah nakes.
Kita melihat beberapa teman sejawat bahkan telah terpasang ventilator sebagai resource terakhir.
Apalagi jika kejadian itu berulang di sebuah puskesmas, lab, bahkan rumah sakit.
Teman-teman dokter dan nakes lainnya. Semua musibah Covid-19 ini adalah musibah dari Allah Swt yang menguji akidah kita.
Sebanyak apa kita bergantung pada Allah dan tes terhadap kesetiaan pada sumpah dokter yang kita ucapkan saat kita mulai menjalani profesi ini.
Tidak banyak orang yang dibebani dengan tanggung jawab yang sedemikian besar saat ini selain nakes.
Syukuri kesempatan berjuang yang hanya diberikan pada orang istimewa. Menjadi mujahid di arena perjuangan yang tidak biasa, tidak bisa dilakukan oleh orang banyak. Dokter dan nakes lainnya memiliki peran istimewa.
Covid-19 juga mesti dipandang sebagai perniagaan yang istimewa, jual beli yang spesial dengan Allah Subhanahu wa ta'ala (Lihat: Surah As-Shaf ayat 10).
Karena itu, ada dua kemungkinan yang nakes hadapi: Sabar dalam perjuangan atau syahid dengan tetap dalam keimanan. Keduanya memerlukan niat tulus dan doa yang tak pernah henti.
Seperti doa orang-orang yang dianiaya Fir'aun: Rabbana afrigh alayna shabran watawaffana muslimin. Ya Tuhan kami, beri kami kesabaran dan wafatkan kami sebagai muslim.
Teruslah berjuang teman-teman sejawat, tak perlu risau dengan ketidakpedulian orang lain dan hoaks yang beredar.
Kepada Allah Swt saja kita berharap. (*)