Jurnalisme Warga
Uniknya Adat Walimah di Aceh Tamiang
Bicara adat tentu tak lepas dari dinamika perpaduan adat yang terkadang variatif, meski di wilayah yang sama

Salah satu keunikan lain masyarakat Aceh Tamiang dalam menggelar pesta pernikahan adalah sebuah kegiatan ‘menjamu pekerja’. Berupa kegiatan masak-memasak satu hari setelah walimah selesai digelar. Biasanya, tuan rumah (penyelenggara pesta) akan membuat masakan tradisional yang disebut ‘bubur sumsum.’ Ini kuliner yang terbuat dari perpaduan tepung beras dan santan. Selanjutnya, akan disajikan dan dimakan dengan kuah manis yang terbuat dari gula aren.
Meskipun sederhana, makanan ini dipercaya dapat mengobati lelah para pekerja. Secara adab, ini adalah bentuk terima kasih dari tuan rumah terhadap para kerabat dan tetangga yang sudah menyediakan waktu dan tenaganya untuk menyukseskan acara. Maka tidak heran, semua masyarakat yang turut ‘berperan serta’ akan diberikan bubur tersebut. Jika ada yang tidak datang mengambil, pihak perwakilan keluarga akan mengantarkan langsung ke rumah masing-masing.
Seperti inilah prosesi adat pesta pernikahan di Aceh Tamiang yang saya kumpulkan dari berbagai narasumber. Tentunya tidak seluruh pelosok Tamiang melakukan ritual adat yang serupa (sama persis), sedikitnya pasti ada perbedaan, tergantung kebijakan dari tetua majelis adat setempat. Maka dari itu, penting kearifan lokal ini terus kita jaga agar eksistensinya tak tergerus oleh zaman atau modernisasi.