Luar Negeri
Penemuan Jejak Manusia Purba Homo Sapiens dengan Jejak Hewan, Diyakini Sedang Berburu
sekitar 120.000 tahun yang lalu di tempat yang sekarang Arab Saudi bagian utara, sekelompok kecil Homo sapiens berhenti untuk minum dan mencari makan.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Penemuan jejak kaki manusia purba diyakini sebagai proses manusia meninggalkan sebuah daerah berpindah ke daerah lain.
Penemuan jejak kaki di gurun Arab Saudi menjelaskan rute yang diambil leluhur dari Afrika, selain itu terlihat pula jejak kaki hewan, diyakini manusia sedang memburunya sepanjang jalan.
Melansir dari South China Morning Post, Kamis (17/9/2020), sekitar 120.000 tahun yang lalu di tempat yang sekarang Arab Saudi bagian utara, sekelompok kecil Homo sapiens berhenti untuk minum dan mencari makan di danau dangkal.
Tempat tersebut juga sering dikunjungi unta, kerbau, dan gajah yang lebih besar daripada spesies mana pun yang terlihat saat ini.
Pemandangan terperinci ini direkonstruksi oleh para peneliti dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Science Advances pada hari Rabu, (16/9/2020).
Penemuan jejak kaki manusia dan hewan purba di Gurun Nefud (Al Nufud Al Kabir/Gurun di Arab Saudi) memberi petunjuk baru tentang rute yang diambil nenek moyang saat mereka menyebar keluar dari Afrika.
Seperti yang diketahui saat ini, Semenanjung Arab terlihat dan dicirikan sebagai gurun pasir yang luas dan gersang yang tidak ramah bagi orang dan hewan yang mereka buru.
Tetapi, peneltian yang dilakukan menjawab lain, karena proses variasi iklim alami, tempat yang dulunya jauh lebih hijau dan lebih lembab berubah menjadi gersang.
Arab dulunya lebih mirip dengan padang rumput semi-kering di sabana Afrika modern.
• Sudah Layakkah Masker Anda? Peneliti Ungkap Cara Menguji Keefektifan Masker untuk Lawan Corona
• Ingat! Tes SKB untuk Seleksi CPNS di Lhokseumawe Empat Hari Lagi, Ini Syarat Harus Dibawa Peserta
• Tak Pakai Masker, 20 Pengendara Sepeda Motor dan Mobil di Banda Aceh Didenda Rp 100 Ribu Per Orang
Peneliti yang mengemukakan dan menuliskannya sesuai kajian ilmiah adalah Mathew Stewartdari dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia, Jerman.
Ia menjelaskan jejak kaki itu ditemukannya selama kerja lapangan penelitian untuk mendapat gelar PhD pada tahun 2017.
Jejak itu terlihat setelah erosi sedimen di sebuah danau kuno yang dijuluki "Alathar" (yang berarti "jejak" di Arab).
“Jejak kaki adalah bentuk unik dari bukti fosil, memberikan gambaran singkat mengenai waktu," katanya.
Secara total, tujuh dari ratusan jejak yang ditemukan diidentifikasi sebagai hominin (Homininae yang terdiri dari Homo, dan anggota dari klade manusia setelah terpisah dari suku Panini).
Jejak ini ditafsiran sebagai dua atau tiga individu yang bepergian bersama.
Para peneliti berpendapat bahwa ini adalah milik manusia modern secara anatomis, berbeda dengan Neanderthal.
Manusia sebelumnya yang telah punah tidak diketahui telah hadir di wilayah Timur Tengah.
“Kami tahu bahwa manusia mengunjungi danau ini pada saat yang sama dengan hewan-hewan ini, idak seperti biasanya di daerah tersebut, tidak ada peralatan batu,” kata Stewart.
“Tampaknya orang-orang ini mengunjungi danau untuk mencari sumber air dan hanya untuk mencari makan pada saat yang sama dengan hewan dan mungkin juga untuk memburu mereka," katanya.
Gajah yang telah punah di wilayah Levant terdekat sekitar 400.000 tahun yang lalu, akan menjadi mangsa yang sangat menarik, dan kehadiran mereka juga menunjukkan sumber air tawar dan tanaman hijau yang melimpah.
• Tahun Ini Pemerintah Aceh Berikan Beasiswa kepada 1.479 Orang, 97 di Antaranya Kuliah di Luar Negeri
• Pergi dari London dan Bergabung dengan Tentara Israel, Remaja Ini Kemudian Sadar Ada yang Salah


Selain jejak kaki, sekitar 233 fosil ditemukan, dan kemungkinan karnivora tertarik pada herbivora di lokasi penemuan jejak.
"Sebelumnya diketahui bahwa manusia purba menyebar ke Eurasia melalui selatan Yunani dan Levant, mengeksploitasi sumber daya pesisir di sepanjang jalan, tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa rute pedalaman, mengikuti danau dan sungai, mungkin juga sangat penting,” kata Stewart.
“Kehadiran hewan besar seperti gajah dan kuda nil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber daya air yang besar, mungkin menjadikan Arabia utara tempat yang sangat menarik bagi manusia yang bergerak di antara Afrika dan Eurasia,” tambah penulis senior studi Michael Petraglia dari Max Planck, Institut Ilmu Sejarah Manusia. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
• Hingga Rabu 16 September, Kasus Positif Covid-19 Aceh Capai 3.126 Orang
• Seorang Wanita di Pakistan Diperkosa Bergilir, PM Minta Pelaku Dihukum Gantung atau Dikebiri Kimiawi
• Ada Suara Sumbang Ini, Zaskia Sungkar yang Kini Hamil Merasa Sensitif