Australia Mulai Enggan Membantu Dua Tetangganya Karena Terseret Dalam Utang dan Investor dari China
Pemerintah Australia mungkin akan ditekan untuk tidak bertindak ‘ringan tangan’ dalam berurusan dengan tetangga dekatnya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan kekacauan ekonomi di seluruh dunia, negara-negara kecil yang sudah berjuang sebelum krisis kini menghadapi rintangan yang membayang.
Meskipun Papua Nugini dan Timor Leste relatif belum tersentuh oleh pandemi itu sendiri, virus tersebut berdampak signifikan pada ekonomi masing-masing.
Australia dengan Papua Nugini dan Timor Leste memiliki hubungan yang cukup dekat.
Negeri Kanguru itu memiliki relasi sangat dekat dengan Bumi Loro Sae itu.
Banyak yang menilai kedekatan Australia selama ini lebih karena diplomasi kandungan minyak di wilayah Timor Leste.
Maka dari itu, Australia sangat berjuang agar Timor Leste lepas dari Indonesia.
Sementara itu, Papua Nugini telah mengembangkan hubungan yang jauh lebih dekat dengan Australia daripada dengan Indonesia, satu-satunya negara yang berbatasan darat dengannya.
Kedua negara tersebut adalah wilayah Persemakmuran, dan Papua Nugini mendapat manfaat dari bantuan pembangunan ekonomi dari Australia.
• Cacing Pita Sepanjang 5 Meter Keluar dari Dubur Sopir Taksi, Mengaku Suka Makan Daging Mentah
• Najwa Shihab Sentil Luhut Menteri Segala Urusan, Begini Reaksinya
• Diprediksi Akan Bangkrut, Presidennya Sebut Timor Leste Bisa Seperti Dubai Jika Hal Ini Tak Terjadi
Melansir dari Future Directions, Kamis (24/9/2020), dalam kasus Papua Nugini, laporan ekonomi pemerintah baru-baru ini memperkirakan bahwa, ekonomi akan berkontraksi sebesar tiga persen tahun ini karena Covid-19.
Akibatnya, masalah utang Papua Nugini yang sedang berlangsung kemungkinan besar akan meningkat, seperti yang disebutkan dalam sebuah laporan negara.
“Penurunan nominal dalam PDB cukup untuk mengangkat rasio utang Anggaran 2020 terhadap PDB dari 40,3 persen menjadi 45,6 persen,” tulis laporan itu.
Ke depan, dampak Covid-19 diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2021, dengan skenario rasio utang terhadap PDB menjadi lebih dari 55 persen.
Mayoritas dari utang tersebut berasal dari China dan, mengingat lambatnya pembayaran Papua Nugini, hal itu membuat Papua Nugini terus tercekik utang selama beberapa dekade.
Belum lagi, Menteri Polisi negara itu mengatakan bahwa negaranya akan hancur karena ulah instansi kepolisian terlibat dalam korupsi besar, penyelundupan narkoba, penyelundupan senjata, dan pencurian tanah.
Sebuah laporan baru-baru ini yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui kemitraan kepolisian Papua Nugini-Australia menyatakan bahwa, kepolisian Papua Nugini secara kronis kekurangan dana.