Kupi Beungoh

Nuruddin Ar Raniry, Hamzah Fanshuri, dan Permasalahan Tasawuf Wahdatul Wujud dalam Sejarah Aceh

At Tibyan akan memudahkan pembacanya untuk melihat apakah satu aliran yang dicurigai kesesatannya dapat digolongkan sebagai sebuah aliran sesat.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Jabal Ali Husin Sab, peminat kajian sejarah, pernah bekerja di Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), melalui PDIA turut terlibat dalam penyediaan akses publik pada koleksi naskah/manuskrip karangan Ulama Aceh yang terdigitalisasi. 

Syekh Nuruddin dalam kitab-kitabnya secara terang dan nyata menunjukkan bahwa beliau juga adalah seorang tasawuf yang mumpuni.

Secara sanad, Syekh Nuruddin berguru kepada Al Habib Umar Basyaiban di India yang merupakan murid dari Habib Muhammad bin Abdullah bin Syekh Al Aydrus.

Syekh Nuruddin juga disebutkan mengambil sanad thariqah Aydrusiyah dan Rifa'iyah dari Habib Umar Basyaiban.

Dalam thariqah Rifa'iyah, sanad beliau bersambung hingga ke Syekh Syarafuddin bin Ismail Jabarti di Yaman yang merupakan guru dari Syekh Abdul Karim Al Jilli.

Dalam kitab Asrarul Insan fi Ma'rifati Ruh war Rahman, Syekh Nuruddin membahas asal-muasal penciptaan.

Kitab ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang alim lagi arif dalam membahas persoalan-persoalan rumit dalam ilmu tasawuf berkenaan dengan Haqiqat Muhammadiyyah dan Martabat Wujud (atau juga dikenal istilah Martabat Tujuh).

Beliau juga banyak mengutip kalam Ibnu Arabi dan turut mengutip dari Syekh Abdul Karim Al Jilli.

Sama sekali tidak mungkin memisahkan Syekh Nuruddin dengan tasawufnya Ibnu Arabi.

Namun fatwa Syekh Nuruddin pada masa itu tidak secara tuntas menyelesaikan persoalan tersebut.

Pada masa Syekh Abdurrauf Al Fansuri di era setelahnya, teman beliau sesama murid Maula Madinah, Syekh Ahmad Al Qusyasyi Al Madani, mursyid thariqah Syattariyah—yang kemudian juga menjadi guru bagi Syekh Abdurrauf sepeninggal Syekh Al Qusyasyi—yaitu Syekh Ibrahim Al Kurani, seorang ulama yang berdarah Kurdi, menulis sebuah kitab guna menjawab persoalan aliran Wahdatul Wujud di negeri Jawi/Aceh.

Hal ini beliau sebut pada muqaddimah kitab; kutulis kitab ini atas permintaan salah satu pelajar dari Bilad Jawah. Kitab karangan Syekh ibrahim Al Kurani tersebut berjudul Ithaf Dzhaki.

VIDEO Pengibaran Bendera Alam Peudeung oleh Pewaris Diraja Kerajaan Aceh Darussalam

FOTO-FOTO: Pewaris Kerajaan Aceh Ziarahi Indatu yang Terkubur di Area Pengolahan Tinja

Pada masa Syekh Abdurauf menjadi mufti Kerajaan Aceh, setelah ditulisnya kitab oleh Syekh Ibrahim Al Kurani dalam menanggapi permasalahan seputar aliran Wahdatul Wujud di Aceh, hal tersebut menjadi titik temu bagi penyelesaian masalah seputar Wahdatul Wujud/Wujudiyah di Aceh yang berlangsung cukup lama.

Sejarawan menduga kuat bahwa kitab tersebut ditulis atas permintaan Al 'Arif Billah Syekh Abdurrauf Al Fansury atau yang kita kenal dengan laqab Syiah Kuala.

Dari era Syiah Kuala hingga kini, meredalah permasalahan aliran tasawuf Wahdatul Wujud yang ada di Aceh.

Maka, dalam menyikapi persoalan pemahaman tasawuf, khususnya perihal wahdatul wujud, pengkajian terhadap kitab-kitab yang telah disebutkan tadi perlu dilakukan guna mendapatkan pengetahuan yang menyeluruh.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved