Berita Aceh Timur
Kawanan Gajah Santap Tanaman Padi di Ranto Peureulak, Pergerakannya Sempat Terdeteksi GPS Collar
Selain padi, tanaman lainnya yang dirusak kawanan gajah liar tersebut adalah kelapa sawit, pisang, dan aneka tanaman holtikultura lainnya.
Penulis: Seni Hendri | Editor: Saifullah
Laporan Seni Hendri | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI – Tiga rante tanaman padi yang sudah penuh bulir milik Wahab, petani di Dusun Lapangan Hely, Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, kembali disantap gajah pada Kamis (1/10/2020) dini hari.
“Sekitar 15-20 ekor gajah ini masuk diperkirakan, Kamis dini hari. Ketika petani ke kebun pada Kamis pagi, sangat terkejut melihat padinya sudah musnah dimakan gajah. Padahal sehari sebelumnya, baru dipasang jaring untuk mencegah gangguan hama burung,” ungkap petugas CRU Serbajadi, Muhat kepada Serambinews.com, Kamis (1/10/2020).
Selain padi, tanaman lainnya yang dirusak kawanan gajah liar tersebut adalah kelapa sawit, pisang, dan aneka tanaman holtikultura lainnya.
Muhat mengatakan, kawanan gajah liar yang masuk dan merusak tanaman milik petani itu merupakan kelompok gajah liar yang dipasang GPS Collar oleh BKSDA.
"Selama ini, kawanan gajah liar tersebut bertahan di kawasan perkebunan kelapa sawit milik PT Atakana," papar Muhat.
• Ratusan Warga Terjaring Razia Masker di Abdya, Sanksi Mulai Baca Surat Pendek sampai Push-up
• Ini Rincian 72 Prajurit Kodim Aceh Utara yang Naik Pangkat, Babinsa Mendapat Pangkat Penghargaan
• Cegah Penularan Wabah Covid-19, Lapas Narkotika Langsa Disemprot Disinfektan, WBP Dapat Baju Seragam
Pada Rabu (30/9/2020) sore, terangnya, posisi kawanan gajah itu terdeteksi mendekati perkebunan petani.
Lalu informasi tersebut sudah disampaikan dalam grup warga Seumanah Jaya, agar berjaga-jaga di kebun untuk mengantisipasi gangguan gajah.
“Tapi Rabu sore kemarin, hilang sinyal HP sehingga informasi tidak tersampaikan kepada masyarakat. Tiba-tiba saat petani ke kebun pada Kamis pagi, sangat terkejut melihat tanaman padinya dirusak gajah,” jelas Muhat.
Pada sisi lain, Muhat mengupas, sebelum terbangunnya pagar kejut atau power fencing yang digagas oleh Pemkab Aceh Timur dan LSM Forum Konservasi Leuser (FKL), masyarakat Seumanah Jaya harus kompak dan bersatu mengusir kawanan gajah liar jika diketahui akan mendekati perkebunan petani.
“Tidak cukup hanya berjaga malam dan mengusirnya menggunakan mercon. Tapi perlu kekompakan bersama, ketika kita ketahui kawanan gajah mendekat, maka kita bersatu dan bersama-sama menghalau dan mengusir gajah tersebut,” ungkap Muhat.
• Pertamina Sumbang PAD Aceh Rp 171,3 M, Ditopang Peningkatan Penjualan Pertamax Cs
• Dandim Irup Upacara Hari Kesaktian Pancasila, Ketua DPRK Baca Ikrar Tentang Kemerdekaan
• Anak Driver Ojek Online Dapat Beasiswa Kuliah, Video Kisahnya Buat Warganet Terharu
Selama ini, jelas Muhat, kawanan gajah kerap bertahan di kawasan HGU PT Atakana, karena HGU perusahaan sawit swasta tersebut dibiarkan bersemak dan ditumbuhi hutan muda, sehingga kawanan gajah betah di hutan tersebut.
Namun, pada malam hari kawanan gajah itu keluar mencari makanan ke kebun petani yang berada di sekeliling HGU perusahaan tersebut.(*)