Turki ke Prancis: Jika Tidak Suka Kami Mendukung Azerbaijan, Mengapa Anda Berpihak ke Armenia?
Hubungan antara Armenia vs Azerbaijan kini semakin panas dalam aksi saling serang terkait Nagorno-Karabakh.
"Pertempuran akan berhenti jika pasukan Armenia segera meninggalkan tanah kami," katanya.
Maksud Turki secara terang-terangan mendukung Azerbaijan, selain karena kedekatan antar dua negara, juga secara diplomatis membalas sikap Prancis.
Menlu Turki, Cavusoglu menganggap empati Prancis kepada negara Armenia sama saja artinya dengan mendukung pendudukan Armenia di Azerbaijan, dalam hal ini Nagorno-Karabakh.
• VIRAL Video Aksi Tukang Parkir Minta Uang Lewat Secarik Kertas: Tong Hilap Dua Rebu
• KABAR GEMBIRA! Subsidi Gaji Rp 600 Ribu Gelombang 2 Disalurkan Akhir Oktober 2020

Turki menganggap, sikapnya mendukung Azerbaijan juga setara seperti sikap Prancis terhadap Armenia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang negaranya adalah rumah bagi banyak orang keturunan Armenia, menanggapi hal tersebut saat berkunjung ke Latvia.
Dia mengatakan Prancis sangat prihatin dengan hasrat berperang dari Turki dan yang pada dasarnya itu memperkeruh situasi Nagorno-Karabakh.
“Dan itu tidak akan kami terima,” kata Macron terkait dukungan terang-terangan Turki kepada Azerbaijan.
Tak mau berdamai
Baik Armenia dan Azerbaijan pun mendapat tekanan untuk berdamai dan bahkan seruan itu didengungkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Meski begitu, kedua belah pihak juga menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai.
Kondisi itu dikhawatirkan akan memicu perang habis-habisan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Reuters memberitakan, kedua belah pihak melaporkan penembakan dari sisi lain yang melintasi perbatasan bersama mereka, di sebelah barat wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah ini merupakan lokasi pertempuran antara pasukan Azeri dan etnis Armenia pada hari Minggu (27/9/2020) lalu.
Insiden tersebut menandakan eskalasi konflik lebih lanjut meskipun ada permintaan mendesak dari Rusia, Amerika Serikat, dan negara lainnya agar perang dihentikan.
Konflik tersebut telah menghidupkan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di wilayah Kaukasus Selatan, koridor pipa yang menjembatani pengiriman minyak dan gas ke pasar dunia.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, berbicara kepada televisi pemerintah Rusia, dengan tegas mengesampingkan kemungkinan pembicaraan damai.