Pemekaran Provinsi ALA
Sepakat Satu Kata, Enam Pimpinan Daerah dan DPRK, Wujudkan Provinsi ALA
Enam pimpinan daerah, bupati dan DPRK dari Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Kota Subulussalam menggelar...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Enam pimpinan daerah, bupati dan DPRK dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Kota Subulussalam menggelar pertemuan di Medan Sumatera Utara, Minggu (11/10/2020).
Para pemimpin daerah itu sepakat memperjuangkan terwujudnya Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) sebagai pemekaran dari Provinsi Aceh.
Pertemuan yang berlangsung sehari itu juga diikuti para Ketua Komite Percepatan Pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara Pusat (KP3ALA Pusat) dan KP3ALA dari masing-masing daerah.
Ketua KP3ALA Pusat, Dr Rahmat Salam MSi, seusai pertemuan menjawab Serambinews.com, menyampaikan, bahwa enam pimpinan daerah tersebut bersatu padu dan bertekad kuat memperjuangkan lahirnya Provinsi ALA sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
Ditegaskan kembali, bahwa pemekaran Provinsi Aceh menjadi ALA merupakan bagian dan ikhtiar untuk meningkatkan kesejahteraan dan percepatan pencapaian kemajuan dan kemakmuran kawasan-kawasan yang berada di pedalaman.
• Anggota DPRK Bantu Korban Kebakaran di Geuceu Kayee Jato, Farid Minta Pemko Bangun Rumah
• Apesnya Mahasiswi Ini, Sudah Tepergok Mesum Saat Kuliah Daring, Kini Terancam Pula Masuk Penjara
• UEA Sebut Kehadiran Tentara Turki di Qatar Akan Ganggu Stabilitas Timur Tengah
“Kita berkaca dengan lahirnya Provinsi Gorontalo, Kepulauan Riau, Banten dan provinsi-provinsi pemekaran lainnya ternyata menjadi lebih hebat setelah pemekaran, karena itu pandangan kita, pemekaran ALA ini adalah mendorong daerah-daerah menjadi lebih hebat. Pemekaran dalam pandangan bukan memecah belah Aceh, melainkan menjadikan Aceh semakin hebat,” ujar Rahmat Salam.
Disampaikan, penggunaan nama “Aceh Leuser Antara” merupakan bukti sejarah bahwa pemekaran ini bukan “memecah belah Aceh” tapi menyatukan Aceh dalam satu payung Wali Nanggroe.
“Kalau memecah belah, maka kita tidak menggunakan nama Aceh Leuser Antara, bisa saja provinsi Gajah Putih, Provinsi Leuser Antara dan sebagainya.Tapi dalam hal ini kita tetap menggunakan nama Aceh,” ujar Rahmat Salam menepis isu bahwa pemekaran ALA adalah usaha para elit memecah belah Aceh.
Pertemuan itu juga menyatukan seluruh komponen dan elemen di wilayah ALA menggunakan bahasa yang sama dalam mewujudkan pemekaran.
“Ini adalah aspirasi semua lapisan masyarakat. Sehingga aksi-aksi mewujudkan pemekaran dilakukan saling dukungs atu sama lain, tidak terpecah-pecah,” ujar Rahmat Salam yang pernah diberi mandate sebagai Gubernur ALA.
Kesepakatan lainnya yang dicapai pertemuan itu adalah diusahakannya dana perjuangan ALA yang dihimpun secara swadaya dan berasal dari bantuan-bantuan sah serta tidak mengikat.
“Seluruh penggunaan dana akan diaudit oleh auditor independen. Setiap dana yang dikeluarkan harus mendapat persetujuan dari enam pimpinan daerah. Dana perjuangan itu bukan untuk perjalanan dinas, melainkan untuk perjuangan ALA. Kalau biaya perjalanan dinas, itu diusahakan sendiri oleh masing-masing,” ujar Rahmat Salam,
Menyinggung tentang tempat pertemuan di Medan Sumatera Utara, rahmat Salam mengatakan itu alternatif diusulkan pihaknya dari KP3ALA Pusat sebagai jalan tengah. Awalnya para bupati menginginkan pertemuan dilakukan di kabupaten masing-masing.