Bukan Amerika atau Rusia, Putin Ungkap Cina dan Jerman yang Bakal Jadi Negara Superpower

Terlepas dari perbedaan mereka, Moskow dan Washington tampaknya semakin mendekati kesepakatan tentang New START.

Editor: Imran Thayib
(SAUL LOEB / AFP )
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump bertemu di KTT G20 di Hamburg, Jerman. 

SERAMBINEWS.COM - Kalau bicara menyangkut negara adidaya di dunia, semua mata pastilah tertuju serta serta sepakat kepada Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

Akan tetapi, kini predikat tersebut mulai bergeser.

Ternyata, bukan lagi AS atau Rusia, tapi dua negara ini.

Paling tidak, itulah menurut pendapat Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Putin pada hari Kamis (22/10/2020) mengatakan, era ketika Amerika Serikat dan Rusia menjadi negara paling penting di dunia sudah menjadi masa lalu.

Menurutnya, kini Cina dan Jerman sekarang menuju status negara superpower (adidaya).

Sebagaimana diketahui, saat ini Cina tengah terlibat konflik dengan banyak negara.

Baca juga: Pemkab Nagan Raya Bekukan Sementara Izin PMKS Raja Marga Terkait Limbah, Ini Penjelasan Perusahaan

Baca juga: 6 Pekerja Pembangunan SPBU Tersetrum, Penyebabnya Gara-gara Salah Pengertian, Begini Kejadiannya

Baca juga: Ayah Cabuli Anak Tirinya hingga Hamil, Terbongkar dari Kecurigaan Ibu Lihat Perubahan Tubuh Anaknya

Melansir Reuters, Putin mengatakan, bahwa saat ini peran Amerika Serikat sudah berkurang seperti halnya peran Inggris dan Prancis.

Sebaliknya, peran Beijing dan Berlin dalam hal bobot politik dan ekonomi sedang menuju status negara adidaya.

"Jika Washington tidak siap untuk membahas masalah global dengan Moskow, Rusia siap untuk berdiskusi dengan negara lain," kata Putin, yang berbicara melalui tautan video.

Dia mengatakan, Washington tidak bisa lagi mengklaim eksepsionalisme dan mempertanyakan mengapa mereka menginginkannya.

Informasi saja, eksepsionalisme adalah pandangan bahwa sebuah negara, masyarakat, lembaga, gerakan, atau era bersifat "eksepsional" (tidak biasa atau hebat).

Baca juga: Enam Pekerja Tersengat Listrik, 4 Dirujuk ke RSUD, 2 di Puskesmas, Begini Kondisi Mereka Sekarang

Baca juga: Simpang BPKP Banda Aceh Dilebarkan, Bangunan Liar di Pinggir Jalan Itu Dibongkar

Baca juga: Ditinggal Istri Kerja, Indra Priawan Curhat Ini, Suara Nikita Willy Langsung Merendah Minta Maaf

Reuters memberitakan, menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November, Putin mengatakan, dia berharap pemerintahan baru akan siap untuk berdialog tentang keamanan dan pengendalian senjata nuklir.

Seperti yang diketahui, Washington pada pekan lalu menolak proposal Rusia untuk perpanjangan satu tahun tanpa syarat dari perjanjian terakhir yang membatasi penyebaran senjata nuklir strategis AS dan Rusia, seraya menyebut proposal itu "bukan permulaan."

Perjanjian New START (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis), yang ditandatangani pada 2010 akan berakhir pada Februari.

Kesepakatan ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat serta rudal dan pembom yang membawanya.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved