Internasional

Macron Tetap Teguh Bela Kebebasan Berekspresi, Charlie Hebdo Berhak Terbitkan Kartun Nabi Muhammad

Presiden Prancis Emmanuel Macron tetap teguh membela kebebasan berekspresi meskipun ada reaksi keras, termasuk boikot produk Prancis

Editor: M Nur Pakar
AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron 

SERAMBINEWS.COM, PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron tetap teguh membela kebebasan berekspresi meskipun ada reaksi keras, termasuk boikot produk Prancis di beberapa negara Muslim.

"Kami tidak akan pernah menyerah," tweeted Macron pada Minggu (25/10/220).

Dia tetap mendukung hak Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad, walau menyebabkan pelanggaran.

"Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian," kata Macron.

"Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal," tambahnya.

"Kami akan selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal," kata Macron.

Macron sedang menghadapi ujian terberat dalam kepresidenannya saat Prancis terkejut dengan serangan teroris terbaru, lansir The Idependent, Kamis (29/10/2020).

Seorang wanita memegang majalah minggu
Seorang wanita memegang majalah minggu "Charlie Hebdo dalam aksi mengenang Samuel Paty di Lille, Prancis. (Foto: Telegraph)

Baca juga: Prancis Umumkan Keadaan Darurat Usai Pembantaian Tiga Orang di Gereja Nice

Pengingatnya akan benturan budaya berbahaya yang mengadu tradisi sekuler Prancis melawan ekstremisme Islam .

Pembunuhan tiga orang, salah satunya dipenggal, di dalam basilika Notre-Dame di jantung kota Nice menambah daftar terorisme yang suram yang telah melanda Prancis dalam beberapa tahun terakhir ini.

Gelombang serangan terbaru telah terjadi pada saat perdebatan sengit mengenai penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Intervensi presiden dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat akibat pemenggalan kepala Samuel Paty pada 16 Oktober 20202.

Seorang guru sejarah Prancis yang menggunakan kartun untuk menggambarkan diskusi kelas tentang kebebasan berekspresi di sebuah sekolah menengah di Conflans-Sainte- Honorine, pinggiran baratlaut Paris.

Pembunuh Paty oleh seorang pengungsi Chechnya berusia 18 tahun, yang kemudian ditembak mati oleh polisi, tampaknya terinspirasi oleh kampanye online yang ganas melawan guru tersebut.

Pada September 2020, dua jurnalis terluka parah oleh seorang imigran Pakistan di luar bekas kantor Charlie Hebdo di pusat kota Paris.

Serangan itu bertepatan dengan persidangan profil tinggi, yang akan berlanjut hingga pertengahan November 2020.

Baca juga: Seorang Pria Berpisau Serang Gereja di Nice Prancis, Seorang Wanita Lari ke Cafe Ditikam Sampai Mati

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved