Internasional

Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad, Muslim Berhak Membunuh Orang Prancis, Twitter Hapus Postingan

Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad, Kamis (29/10/2020) mentweet bahwa Muslim memiliki hak untuk membunuh jutaan orang Prancis.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad 

SERAMBINEWS.COM, KUALA LUMPUR - Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad, Kamis (29/10/2020) mentweet bahwa Muslim memiliki hak untuk membunuh jutaan orang Prancis.

Hal itu disampaikannya setelah serangan mengerikan di gereja Nice yang memicu kemarahan meluas dan mendorong Twitter untuk menghapus postingannya.

Tiga orang terbunuh di sebuah gereja di kota Prancis selatan, dengan penyerang menggorok leher, setidaknya satu dari mereka.

Pihak berwenang menilai sebagai serangan jihadis terbaru untuk mengguncang negara itu, lansir AFP, Kamis (29/10/2020).

Tak lama kemudian, Mahathir yang merupakan Perdana Menteri (PM) Malaysia yang mayoritas Muslim hingga pemerintahannya runtuh pada Februari 2020 melontarkan ledakan luar biasa dalam serangkaian tweet di Twitter.

Baca juga: Konsulat Prancis di Arab Saudi Diserang Pria Berpisau, Penjaga Terluka

Merujuk pada pemenggalan kepala seorang guru sejafrah Prancis yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, Mahathir mengatakan tidak menyetujui serangan itu.

Tetapi, tetapi kebebasan berekspresi tidak termasuk menghina orang lain.

"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh," kata pria berusia 95 tahun yang blak-blakan itu.

Di masa lalu selalu menuai kontroversi atas pernyataan menyerang orang Yahudi dan komunitas LGBT.

"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang," katanya.

:Banyak di antaranya adalah Muslim, sehingga memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu," ujarnya.

Baca juga: Seorang Pria Berpisau Serang Gereja di Nice Prancis, Seorang Wanita Lari ke Cafe Ditikam Sampai Mati

Tapi dia menambahkan pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'.

Mahathir, yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia dua kali selama 24 tahun, mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan dirinya beradab, tetapi sangat primitif.

"Orang Prancis harus mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain," harapnya/

"Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis," tambahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved