Berita Aceh Besar
Usaha Jamur Tiram di Desa Lamreh Aceh Besar untuk Para Korban Tsunami
Di dalam bangunan berdinding pelepah rumbia seukuran 15x10 meter itu, ada puluhan rak berisi baglog yang tersusun rapi sebagai tempat budidaya tiram.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Mursal Ismail
Tak ada yang tersisa, semua rumah warga, lahan pertanian, hingga tambak ikan hancur. Bahkan puluhan warga desa menjadi korban dalam bencana maha dahsyat tersebut.
Keluarga Burhanuddin dan ibu-ibu pekerja di usaha jamur tiram itu merupakan para korban tsunami yang berhasil selamat. Banyak sanak keluarga mereka yang hilang dalam bencana dahsyat itu.
Bukan hal mudah membangkitkan perekonomian warga setempat, karena sejumlah mata pencaharian mereka ikut terdampak dengan bencana tersebut. Bahkan tangki minyak milik Depo Pertamina sempat hancur saat itu.
Seiring perjalanan waktu, Burhanuddin dan ibu-ibu di desa itu bangkit. Burhanuddin sempat bekerja di NGO asing yang saat membantu proses pemulihan di Aceh.
Di pekerjaan bersama NGO itu pula, ia banyak belajar tentang budidaya jamur tiram.
Setelah proses rehab dan rekonstruksi Aceh berakhir, Burhanuddin mencoba peruntungan dengan memulai usaha jamur tiram. Karena ia melihat potensi besar dari jamur tiram ini yang sangat diminati masyarakat.
Pada 2015, dengan modal sendiri yang seadanya Burhanuddin mencoba membangun usaha jamur tiram di belakang rumahnya.
Pada awal-awal usaha, ia sempat jatuh bangun, beberapa kali ia gagal panen karena prosesnya yang belum standar.
Kurangnya modal menjadi salah satu penyebab, sehingga proses usahanya tak berjalan seperti semestinya.
Bahkan pondok tempat budidaya masih belum layak atau belum standar, karena hanya berdinding karung, sehingga jamur sulit tumbuh.
Dalam dua tahun pertama, ia sempat berkali-kali gagal panen, Burhanuddin menelan kerugian hingga Rp 40 juta.
Pantang menyerah, pria bertubuh kecil ini terus berusaha. Karena ia yakin jamur tiram sangat diminati masyarakat.
“Saya ini ilmunya punya untuk jamur tiram, tapi modalnya yang nggak punya lagi.
Sampai akhirnya Pertamina datang membantu, hingga Alhamdulillah sudah seperti sekarang ini, usahanya sudah berjalan,” ujar Burhanuddin.
Katanya, pada 2018 usahanya itu diketahui oleh pihak PT Pertamina. Karena usahanya itu hanya berada beberapa kilometer dengan tangki Depo Pertamina Krueng Raya, yang bertetanggaan desa.