Internasional
Sungai Nil Meluap, Banjir Terjang Sudan, Warga Tetap Banggakan Bendungan Nil Kontroversial Ethiopia
Bendungan Sungai Nil kontroversial yang dibangun Ethiopia telah menyebabkan banjir bandang di Sudan.
SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM - Bendungan Sungai Nil kontroversial yang dibangun Ethiopia telah menyebabkan banjir bandang di Sudan.
Banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di Sudan tahun ini menyebabkan 100 orang lebih meninggal dan 875.000 warga mengalami dampak parah.
Seluruh lingkungan pemukiman hancur, pasokan listrik dan air terganggu ketika Sungai Nil mencatat tingkat tertinggi dalam ingatan hidup warga Sudan.
Beberapa ahli mengatakan jika Bendungan Renaisans Besar Etiopia, di hulu anak sungai Nil Biru, telah beroperasi penuh, dampaknya terhadap Sudan akan lebih ringan, lansir BBCNews, Minggu (1/11/2020).
Ethiopia mulai membangun bendungan di dataran tinggi utara, dari mana 85% aliran air Sungai Nil mengalir, pada tahun 2011 dan tahun ini waduk di belakang bendungan mulai terisi.
Ketika beroperasi penuh dalam waktu beberapa tahun, itu akan menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Afrika.

Baca juga: Warga Sudan di Israel Takut Dikembalikan, Saat Negaranya Normalisasi Hubungan Dengan Yahudi
Tetapi negara itu penuh dengan kontroversi karena Mesir, yang berada di hilir, khawatir bendungan senilai 4 miliar dolar AS akan sangat mengurangi aksesnya ke air.
Negosiasi, yang belum mencapai kesepakatan, berpusat pada seberapa cepat bendungan itu dibangun dan Sudan terjebak di tengah.
Salman Mohamed, pakar hukum dan kebijakan air internasional Sudan, mengatakan bendungan Aswan Mesir menunjukkan bagaimana air banjir dapat diatur secara efektif di Sungai Nil.
"Kami kehilangan orang, dan harta benda milyaran pound, tapi lihat Mesir, mereka tidak kehilangan satu bibit pun karena biasanya menyimpan air di bendungan tinggi," ujarnya.
"Tetapi, kami tidak memiliki yang seperti itu, jadi bendungan Ethiopia bisa menyelamatkan semua itu, "katanya.
Sudan memang memiliki delapan bendungan di Sungai Nil.
"Tetapi bendungan kami terlalu kecil," kata Dr Mohamed, yang merupakan peneliti di Asosiasi Sumber Daya Air Internasional.
"Mesir telah berhasil menggunakan air banjir yang dikumpulkannya untuk proyek pertaniannya di gurun," tambahnya.
Selama pembicaraan yang melelahkan mengenai pengisian bendungan dan berapa banyak air yang harus dilepaskan yang baru-baru ini dimulai kembali di bawah naungan Uni Afrika, Sudan berpihak pada Mesir.