Pilpres AS 2020
Update Pilpres AS: Raih 118 Suara Elektoral, Joe Biden Sementara Ini Unggul dari Donald Trump
Pasangan Joe Biden-Kamala Harris dari Partai Demokrat & Donald Trump-Mike Pence dari Partai Republik akan memperebutkan sedikitnya 270 suara elektoral
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM – Hasil perhitungan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020 mulai masuk dari beberapa negara bagian.
Pasangan Joe Biden-Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump-Mike Pence dari Partai Republik akan memperebutkan sedikitnya 270 suara elektoral.
Sementara ini, dari pantauan Serambinews.com Rabu (4/11/2020) pukul 10:45 WIB, Joe Biden unggul.
Kantor berita Reuters, CNN, dan The Washington Post mulai merilis hasil proyeksi Pilpres AS 2020.
CNN dan media lainnya seperti NBC, ABC dan CBS bekerja sama dengan lembaga polling Edison Research untuk hasil dan data real-time dari exit polls.
Reuters dan The Washington Post menggunakan data rujukan dari lembaga polling Edison Research dan Associated Press.
Laporan Reuters, hingga pukul 10:45 WIB, calon presiden dari Partai Demokrat itu sudah mengantongi 118 suara elektoral, sedangkan Trump 99 suara elektoral.
Baca juga: Dibalik Kedatangan Suga dan Pompeo, Indonesia Diminta Waspadai Ancaman Perang Dunia III
Baca juga: Pilpres Amerika Serikat : Joe Biden Unggul di 6 Negara Bagian, Donald Trump Kalah
Namun, Trump terlihat unggul dalam perolehan suara, dengan mengantongi 36,7 juta (50,8 persen), sedangkan Biden memperoleh 34,7 Juta (47,7 persen).
Sedangkan The Washington Post memaparkan Trump unggul dalam perolehan suara, yakni 37,5 juta (50,7 persen) dan Biden 35,5 juta (47,8 persen).
CNN melaporkan Biden unggul tipis dalam suara elektoral, dengan mengantongi 98 dan Trump 95 suara elektoral.
Hasil sementara ini menunjukkan suara elektoral Biden unggul atas Trump.
Butuh 270 suara elektoral untuk memenangkan pilpres 2020.
Misalkan, suara elektoral Biden unggul atas Trump, namun secara perolehan suara Trump unggul.
Maka yang berhak menjadi peresiden adalah Biden.
Hal ini karena sistem pemilihan di Amerika Serikat menggunakan Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebagai penentu terakhir.
Berbeda dengan Indonesia yang menggunakan hasil suara rakyat langsung, Amerika menggunakan suara elektoral.
Baca juga: Pilpres AS Mirip dengan Indonesia, Trump dan Biden Punya Pendukung Fanatik
Bagi kebanyakan warga negara Amerika Serikat sekalipun, sistem pemilihan presiden di negaranya sulit dimengerti.
Semua warga negara AS yang berusia di atas 18 tahun berhak memberikan suara dalam pemilihan presiden 3 November 2020.
Tapi calon yang paling banyak meraih suara tidak otomatis berarti akan jadi pemenangnya.
Sebuah lembaga yang disebut "Electoral College" atau Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden jadi penentu terakhir.
Lembaga itu terdiri dari 538 orang wakil.
Dari 50 negara bagian di AS, kuota wakil dari tiap negara bagian dalam lembaga itu jumlahnya berbeda-beda.
Wakil tiap negara bagian dalam lembaga itu terdiri dari orang-orang yang duduk dalam dua kamar Kongres, yaitu: Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representative) dan Senat.
Dalam Dewan Perwakilan Rakyat, jumlah wakil negara bagian tergantung jumlah populasinya.
Sementara dalam Senat, tiap negara bagian diwakili dua senator.
Baca juga: Yakin Trump Menang Pilpres AS, Pengusaha Bertaruh Rp 73 Miliar, Jika Menang Dapat Duit Segini
Misalnya, negara bagian New York punya 27 kursi dalam Dewan Perwakilan Rakyat, dan dua Senator.
Berdasarkan rumus ini, Partai Demokrat dan Republik di New York memiliki 29 pemilih yang duduk dalam Electoral College.
"Mereka biasanya pendukung setia partai," kata George Edwards III, seorang pakar Electoral College pada Texas A&M University, dilansir dari DW, Rabu (4/11/2020).
Demokrasi tak langsung
Saat warga Amerika memberikan suaranya tanggal 3 November 2020, sebenarnya mereka menentukan partai mana di negara bagian mereka yang dipilih untuk mengirimkan wakil pemilih ke Electoral College.
Nanti di bulan Desember, wakil pemilih ini berkumpul di ibukota tiap negara bagian dan memberikan suara bagi calon presiden.
Baru Januari 2021, Kongres menerima dan menghitung suara yang diberikan semua pemilih dari 50 negara bagian dan dan dari Washington DC.
Baca juga: Joe Biden Sapu Bersih Lima Suara Pertama Pilpres AS 2020, Ini Jadwal, Pengumuman, dan Pelantikan
Kandidat yang berhasil meraih 270 suara pemilih di Electoral College, berarti terpilih menjadi presiden AS.
Biasanya, calon yang dapat paling banyak suara di bulan November juga jadi calon yang mendapat paling banyak suara pada Electoral College Desember nanti.
Tapi tidak selalu begitu. Jika hasilnya tidak sama, yang menentukan adalah pengumpulan suara pada Electoral College.
Pemilih tak puas
Badan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden itu terbentuk dari kompromi yang tercapai antara orang-orang yang merumuskan konstitusi AS, yang disahkan tahun 1788.
Ketika itu, demokrasi jarang terjadi dan tidak teruji.
Sebagian dari mereka khawatir, demokrasi langsung akan mengarah pada situasi kacau-balau.
AS mengalami perubahan drastis dalam beberapa ratus tahun setelah didirikan, tapi lembaga Electoral College tetap ada dan berfungsi.
Walaupun mayoritas orang AS lebih suka jika lembaga itu tidak ada lagi.
Menurut jajak pendapat Gallup tahun 2011, 60% rakyat lebih memilih pemilihan presiden secara langsung.
Di 48 negara bagian, Electoral Collage bersifat "the winner takes it all".
Baca juga: Seminggu Jelang Pilpres Amerika Serikat, Joe Biden Masih Unggul dan Siap Kalahkan Donald Trump
Misalnya di California, secara tradisional sebagian besar penduduk memilih calon dari Partai Demokrat.
Artinya, sebagian besar suara pemilih dari negara bagian itu selalu diberikan bagi kubu Demokrat.
Sementara Partai Republik yang minoritas tidak terwakili di antara pemilih.
Akibatnya, Partai Demokrat sudah mengantongi California sejak awal, dan Republik tidak berusaha menang di sana.
Baca juga: Ini Rudal Balistik Nuklir Rusia yang Ditakuti Musuh, Mampu Tembus Sistem Pertahanan Apa Pun
Situasi sama juga terjadi di Texas, tetapi terbalik.
Di sana yang "berkuasa" adalah Partai Republik.
Sehingga akhirnya, negara bagian yang disebut "swing state" jadi medan laga bagi kedua kubu.
Di sana kedua calon punya peluang sama untuk menang. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: Polisi Austria Tangkap 14 Orang Terkait Serangan Bersenjata Mematikan di Wina
Baca juga: Ditutup Siang Ini, Daftar Kartu Prakerja Gelombang 11 di www.prakerja.go.id, Berikut Caranya
Baca juga: VIRAL Video Pria dan Wanita Berseragam PNS Kepergok Berbuat Asusila di Mobil, Ini Identitasnya