Kupi Beungoh
Menanti Gebrakan Nova Iriansyah, Antara Realita, Tantangan, dan Peluang
Angin baik mulai berhembus dari Kantor Gubernur dan Gedung DPRA selama hari-hari setelah Nova Iriansyah menjadi gubernur defenitif
Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH*)
PELANTIKAN Ir. H. Nova Iriansyah MT sebagai Gubernur Aceh pada tanggal 5 November lalu, menyudahi berbagai spekulasi seputar gubernur definitif Aceh.
Kini, selanjutnya 5 juta rakyat Aceh menunggu gebrakan sang Arsitek untuk melanjutkan dan mewujudkan Aceh Hebat dalam waktu kurang dua tahun lagi.
Rasanya terlalu berlebihan kalau berharap segalanya bisa tuntas dalam waktu singkat.
Tetapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan didukung oleh seluruh elemen masyarakat, banyak hal yang bisa dilakukan oleh sang Gubernur.
Optimisme ini bukan tanpa alasan.
Angin baik mulai berhembus dari Kantor Gubernur dan Gedung DPRA selama hari-hari setelah Nova Iriansyah menjadi gubernur defenitif.
“Gubernur dan DPRA Mulai Harmonis” begitu bunyi Headline Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 10 November 2020.
Di bawah judul besar itu terdapat judul kecil dengan bunyi “Sepakat Ketok Palu APBA 2021 Akhir November”.
Baca juga: Gubernur dan DPRA Mulai Harmonis
Baca juga: Lima Jam Setelah Dilantik, Ini Langkah Strategis Nova untuk Harmonisasi Hubungan dengan Legislatif
Berita ini menjadi kabar gembira, menghapus bayang-bayang gelap dan spekulasi akan terulangnya Pergub APBA.
Semua kita berharap, kabar gembira ini benar-benar dapat diwujudkan di sisa masa jabatan Gubernur Aceh periode 2017-2022.
Agar harapan ini menjadi realistis, penulis mencoba sedikit mengulas tentang realita dan kondisi Aceh saat ini, serta tantangan dan peluang bagi Pak Nova Iriansyah melanjutkan dan mewujudkan Aceh Hebat.
Baca juga: Anggota Komisi I DPR RI Sebut Proses Pemakzulan Presiden Seperti Mimpi di Siang Bolong
Realita
Hingga kini seluruh dunia masih disibukkan dengan pandemi Covid-19, semua sektor kehidupan terganggu, ekonomi anjlok, pariwisata lumpuh, geliat industri macet, sebagian besar anggaran negara dialihkan melalui refocusing untuk menangani dampak dari Covid-19 tersebut.
Saat ini Covid-19 tersebut masih menjadi senjata ampuh untuk dijadikan alasan dalam menutupi kegagalan di berbagai hal.