Kupi Beungoh
Menanti Gebrakan Nova Iriansyah, Antara Realita, Tantangan, dan Peluang
Angin baik mulai berhembus dari Kantor Gubernur dan Gedung DPRA selama hari-hari setelah Nova Iriansyah menjadi gubernur defenitif
Misalnya dalam bidang ekonomi, negara-negara adidaya pun kalang kabut dibuatnya, misalnya Uni Eropa yang masuk resesi dengan pertumbuhan minus 11,9 persen pada kuartal II tahun 2020.
Negara-negara Asia juga mengalami hal serupa, misalnya Malaysia minus 17,1 persen, Filipina minus 16,5 persen, Singapura minus 13,2 persen, Thailand minus 12,2 persen, Indonesia minus 5,32 persen.
Untuk saat ini apapun kegagalan di sektor ekonomi akan dapat dimaklumi, sehingga Covid-19 bisa menjadi tameng jika hingga akhir tahun ini reputasi Pemerintah dan ekonomi anjlok.
Namun kita tidak boleh lengah, begitu Covid-19 reda, seluruh dunia akan berpacu tancap gas mengejar ketertinggalan tersebut, alasan yang tadinya dapat dimaklumi, nantinya tidak bisa ditolerir lagi.
Baca juga: Kepala Mukim dan Reje Undang Dunia Internasional Nikmati Sajian Kopi Gayo, Disambut Cinta dan Damai
Kondisi di Aceh
Tensi sosial politik yang agak tinggi di Aceh, terutama dalam hubungan antara eksekutif dan legislatif, menguras banyak energi, dan secara emosional melibatkan masyarakat yang sangat luas.
Dinamika politik akan berdampak pada proses pembangunan, karena sesuai kewenangannya, lembaga legislatif memiliki fungsi legislasi, budgetting, dan controlling terhadap proses pembangunan di Aceh.
Di samping itu, masalah lama yang belum tuntas di Aceh adalah kemiskinan yang masih tinggi. Sesuai rilis BPS angka kemiskinan di Aceh pada Maret 2020 sebanyak 14,99 persen, yang menempatkan Aceh sebagai Provinsi termiskin kedua di Sumatera.
Persoalan selanjutnya adalah pengangguran yang pada Agustus lalu berjumlah 167 ribu orang.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Aceh; Jumlah Kasus Positif Capai 7.770 Orang, 291 Orang Meninggal Dunia
Pasca Covid-19
Masalah global yang kompleks saat ini, tidak boleh membuat kita terlena, karena seluruh dunia sedang berlomba-lomba memproduksi vaksin, setelah ini pandemi akan terkendali dan semua aktifitas warga dunia akan kembali normal.
Langkah konkrit harus segera dilakukan, di Indonesia langkah tersebut diluncurkan dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang tujuannya untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19.
Persis seperti pemulihan Aceh pasca Tsunami, kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dilakukan dengan sangat massive dan cepat dengan anggaran yang cukup, sehingga dalam waktu singkat proses tersebut selesai.
Beberapa waktu berikutnya kita masih dihadapkan pada kehidupan New Normal, yaitu perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, tapi ditambah dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus salah satu yang diperhatikan dalam kehidupan normal baru adalah mendidik, melibatkan, dan memberdayakan masyarakatnya untuk hidup di bawah new normal.