Petani Keramba Tolak Pindah dari Waduk

Petani keramba yang selama ini mengantungkan hidupnya di Waduk Pusong, Lhokseumawe menolak menindahkan usaha mereka dari lokasi

Editor: bakri
SERAMBI/SAIFUL BAHRI
Petani keramba mengantungkan hidupnya dari Waduk Pusong Lhokseumawe. Foto direkam Jumat (13/11/2020). 

LHOKSEUMAWE - Petani keramba yang selama ini mengantungkan hidupnya di Waduk Pusong, Lhokseumawe menolak menindahkan usaha mereka dari lokasi. Padahal, waduk tersebut kini dilaporkan sudah tercemar merkuri.

Di sisi lain, para petani mendesak Pemko Lhokseumawe mencari cara agar air waduk tidak lagi mengandung mercuri. Misalnya, segera menfungsikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), serta mencari sumber limbah yang mengandung mercuri. Selanjutnya, bagi unit usaha yang menghasilkan limbah mercuri itu untuk mengolah limbahnya dulu sebelum dibuang ke waduk.

Seorang petani keramba di Waduk Pusong, Saiful Bahri menyebutkan, saat ini ada sekitar 1.000-an keramba tancam di waduk dengan jumlah pemiliknya sekitar 300-an orang. "Pemiliknya adalah masyarakat atau petani kecil di sekitar waduk," katanya kepada Serambi, Jumat (13/11/2020).

Bahkan, menurut pengakuan Saiful, mereka memiliki keramba tancap sudah ada sebelum waduk dibangun. Karena, warga sudah mengais nafkah di lokasi tersebut seperti mencari kepiting, udang, dan lainnya. “Jadi, keramba tancap ini memang sumber nafkah bagi kami. Tidak ada penghasilan lain bagi kami," tegasnya.

Menurutnya, dengan mulai adanya kandungan mercuri di waduk sekarang ini, jangan menjadi alasan bagi Pemko untuk meminta mereka menghentikan usahanya di sana. "Tapi, Pemko harus mencari solusi bagaimana kandungan mercuri di air waduk bisa hilang," katanya.

Di sisi lain, Saiful menyoroti keberadaan IPAL. Seharusnya, IPAL yang sudah tersedia dapat difungsikan. Lalu, membatasi pembuangan limbah darii industrin kecil atau unit usaha yang berpotensi menghasilkan limbah yang mengandung zat logam berat.

"Kami menolak untuk menghentikan usaha keramba di waduk. Pemko harus mencari jalan agar air waduk kembali bebas dari kandungan mercuri. Karena, keramba menjadi mata pencaharian tunggal bagi kami," pungkasnya.

Sehari sebelumnya, DLK Lhokseumaee memastikan air waduk Pusong mengandung mercuri. Kepastian ini menyusul hasil pemeriksaan sampel air waduk di Laboratorium DLH Pidie beberapa waktu lalu. Meskipun kandungan mercuri belum melebihi ambang batas baku mutu. Di mana hasil pengujian, kandungan mercuri sebanyak 0,0005 miligram per liter. Sedangkan ambang batas baku mutu, 0,002 miligram per liter.

Sementara Dewan Pakar Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup (LPLH), M Yusuf Ismail Pase SH MH mengakui, kalau pihaknya sudah mendapatkan kabar kalau air di waduk Pusong mengandung merkuri. Melihat kondisi ini, tentunya ada ancaman besar bagi lingkungan dan manusia di sekitar lokasi waduk.

Disebutkannya, ancaman pertama, adanya ikan di waduk. Bila ikan tersebut dikonsumsi manusia, tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Walaupun efeknya baru terasa dalam jangka waktu lama. Lalu, ancaman kedua, di mana air waduk yang sudah mengandung merkuri, bisa saja merembes ke sumur-sumur warga di seputaran waduk. Sehingga juga membahayakan maayarakat sekitar. "Di samping air waduk buangannya ke laut, sehingga berpotensi mencemari laut ," katanya.

Menurutnya, air di waduk mengandung merkuri akibat kelalaian Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam mengelola waduk. Di mana tidak ada IPAL untuk mengolah limbah sebelum masuk ke waduk. "Waduk Pusong berfungsi untuk menampung limbah domestik di Lhokseumawe. Jadi, bila tidak ada IPAL, ya seperti ini kejadiannya," katanya.

Sudah seharusnya, tambah Yusuf, Pemko cepat tanggap dengan kondisi ini. "Harus segera menggunakan IPAL sebelum limbah masuk ke waduk. Karena, bila terus dibiarkan akan menjadi ancaman luar biasa bagi lingkungan," demikian M Yusuf Ismail.(bah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved