Kupi Beungoh
Pandemi, Ekonomi Digital, dan Gampong Meukat Dotcom (Bagian I)
Kecanggihan pengembangan prinsip algoritma yang kita kenal dengan dunia digital, kini telah membuat ekonomi bawah permukaan berkembang dengan cepat.
Laporan tahun 2020 itu juga mengaitkan pertumbuhan ekonomi digital dengan kenaikan angka pengguna internet di seluruh ASEAN yang telah mencapai 400 juta, atau sekitar 70 persen dari jumlah total penduduk 8 negara Asia Tenggara itu.
Pandemi telah mempercepat penduduk negara-negara ASEAN menggunakan internet, terutama Indonesia dan Vietnam.
Angka pertumbuhan dua digit dicapai oleh Indonesia, 16 persen, sementara Vietnam, 11 persen.
Negara-negara lain umumnya berada pada pertumbuhan satu digit antara 6-7 persen, yakni Malaysia, Flipina, dan Thailand.
Uniknya satu di antara 3 pendaftar pemakaian internet ASEAN merupakan pamakai perdana.
Manfaat dari pemakaian internet dirasakan di bidang pendidikan 55 persen, penjualan retail bahan makanan 47 persen, dan jasa pinjaman 44 persen.
Di Indonesia, pandemi telah mempercepat penetrasi internet.
Survei yang dilakukan APJII, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (2020) yang dipublikasikan pada minggu awal November lalu menemukan hampir sepertiga penduduk Indonesia- 73,7 persen, atau 196,71 juta orang telah menjadi pemakai digital.
Angka ini naik dari hanya 64,8 pada tahun 2019, dengan jumlah pengguna baru sekitar 25,54 juta penduduk.
Sekalipun APJII berkesimpulan infrastruktur baru Palapa Ring dan pandemi, sebagai faktor yang mempercepat adopsi penggunaan digital, namun tak dapat dibantah, pandemi Covid-19 lah yang menjadi penyebab utama kenaikan jumlah pengguna baru itu.
Sekalipun angka pertumbuhan ekonomi digital ASEAN pada tahun 2020 adalah 5 persen, laporan Temasek, Google, dan Bain menyebutkan ekonomi digital Indonesia tumbuh lebih tinggi dari rata-rata ASEAN, yakni 11 persen.
Menariknya dari jumlah total 105 miliar ekonomi digital ASEAN, sekitar 1.481 triliun rupiah, Indonesia adalah kontributor terbesar dengan jumlah sekitar 41,9 persen, yakni 44 miliar dolar, atau setara dengan Rp 621,15 triliun.
Laporan itu juga memproyeksikan pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi digital ASEAN akan mencapai 24 persen, di mana Indonesia akan tumbuh sekitar 23 persen.
Sebenarnya kecepatan pertumbuhan ekonomi digital ASEAN tidaklah terlalu mengherankan, bila diketahui ada keterlibatan raksasa digital ekonomi Cina yang menjadi akselerator pertumbuhan.
Jaringan e-comerce Alibaba dan Tencen dengan penetrasinya di berbagai unicorn regional ASEAN telah menjadi natalis pertumbuhan itu.