Kupi Beungoh
Pandemi, Ekonomi Digital, dan Gampong Meukat Dotcom (Bagian II - Habis)
Jiplakan Taobao Village untuk GampongMeukat.com, atau KeudeMeukat.Com sebagai sebuah gerakan besar mengangkat dan memperkuat UMKM daerah
Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
SALAH satu pelajaran besar yang dapat diambil dari perkembangan ekonomi digital Cina adalah perhatian ekstra yang diberikan oleh pemerintah Cina terhadap pengembangan UMKM.
Keputusan pemerintah Cina bekerjasama dengan raksasa toko jaringan e-commerce raksasa Cina Alibaba, telah memberikan fakta baru tentang kemakmuran ekononomi pedesaan lewat UMKM.
Yang membuat kerja sama itu unik adalah karena sasaran UMKM yang dituju adalah UMKM di kawasan pedesaan yang kemudian dikenal dengan konsep Taobao Village.
UMKM desa-desa yang terkait yang dikenal dengan Rural Taobao adalah bagian grup perusahaan e-commerce raksaksa China, Alibaba Grup.
Kampung Taobao adalah sebuah unit administratif pemerintahan terendah.
Terdapat berbagai kegiatan ekonomi yang jumlahnya lebih besar dari 10 persen total rumah tangga kampung yang tersambung secara online dengan taobao.com.
Aplikasi yang menggunakan bahasa Cina ini terhubung ke seluruh penjuru Cina, dan juga kluster Cina perantauan di berbagai tempat di dunia.
Baca juga: Pandemi, Ekonomi Digital, dan Gampong Meukat Dotcom (Bagian I)
Konsep kampung Taobao yang dimulai pada tahun 2013 dengan jumlah 20 kampung Taobao, menjadi 211 pada tahun 2014, dengan jumlah penjual online 70,000, dan mempekerjakan 280,00 orang secara langsung.
Jumlah kampung Taobao terus membengkak pada tahun 2017 menjadi 2118, dan bahkan sudah bertambah dengan 243 kota Taobao - Toabao town, dengan nilai penjualan 18 milyar dolar AS.
Jumlah itu terus bertambah pada tahun 2018 menjadi 3,202 kampung Taobao dengan total penjualan 32 miliar dolar AS.
Kerja keras pemerintah Cina telah menciptakan prestasi khusus yang tidak pernah terjadi sebelumnya dimanapun di dunia secara massal.
Kecanggihan teknologi informasi, kehebatan konsep e-commerce, ketika dicangkokkan dengan dengan ekonomi telah menimbulkan berbagai keajaiban baru yang tak pernah terbayangkan dari sebelumnya.
Yang terjadi adalah desa yang terhubung dengan dunia luar, desa dengan kegiatan ekonomi produktif dan kreatif, desa yang terhela ke dalam inclusivitas perdagangan dan keuangan digital.
Migrasi ke kota menjadi berkurang, para anak muda pulang kampung menjadi “masinis” dan pekerja UMKM, dan di atas semua itu UMKM menjadi mesin pelindas kemiskinan yang sangat ampuh.
Yakin dengan manfaat e-commerce UMKM pedesaan, pemerintah Cina pada tahun 2014 dengan resmi melancarkan program besar-besaran E-comerce poverty alleviation, menjadikan konsep Taobao village, sebagai instrument ampuh untuk menciptakan pekerjaan, memperkuat ekonomi desa, dan mengurangi kemiskinan.
Baca juga: Presiden Donald Trump Tuduh Calon Presiden Partai Demokrat Curang
Baca juga: Anda Sudah Bisa Kembali Kunjungi Museum Kota Lhokseumawe Mulai Besok, Buka Lagi Usai Tutup 8 Bulan
UMKM dan Ekonomi Digital
Suka tidak suka, mau tidak mau, ekonomi digital kini sudah terpapar di depan mata.
Pandemi yang di permukaan dianggap telah merusak kehidupan ekonomi negara dan masyarakat, diam diam mempunyai hikmah tersendiri.
Pandemi telah membuat masyarakat semakin “terpaksa” hidup dan menjalani kehidupan dengan perangkat digital.
Kegiatan pemerintah, bisnis, pendidikan, dan berbagai jasa, kini telah semakin dirasuki oleh perangkat digital, dan itu tidak pernah kembali lagi ke situasi prapandemi, sekalipun pandemi Covid-19 nantinya akan tertangani.
Rencana ambisius jangka panjang pemerintah untuk ekonomi digital memang jelas menunjukkan bahwa peta jalan Indonesia untuk mendapatkan porsi optimum dari pertumbuhan ekonomi digital regional dan global menemukan bentuknya.
Visi Jokowi 2020, go digital Vision dengan target 1,000 start up dan 8 juta UMKM go digital adalah sebuah gagasan target yang ambisius, namun itu berguna.
Rencana transaksi 130 miliar dolar AS, dan total pengguna internet 215 juta juga mungkin terkesan berat.
Target yang telah ditentukan itu bukanlah sesuatu yang mustahil, karena kajian Google menyebutkan pada tahun 2025 nilai transaksi ekonomi digital indonesia akan mencapai 150 miliar dolar AS.
Jumlah pengguna internet Indonesia bertambah pesat setelah pandemi mendekati 200 juta, namun nilai penjualan ekonomi digital juga meningkat menjadi 44 miliar dolar, angka yang masih jauh dari 150 miliar dolar pada tahun 2025, yang masih sangat mungkin dicapai.
Akan tetapi dalam hal startup nasional, jumlah yang telah terdaftar pada tahun 2019 telah mencapai lebih dari 2.000, menjadikan Indonesia sebagai negara nomor lima terbesar kepemilikan startup setelah AS, India, Inggris, dan Kanada.
Di ASEAN sendiri, Indonesia jauh meninggalkan Singapura pada ranking dua dengan jumlah startup sekitar 500 an, dikuti oleh Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
Proyeksi bahwa Indonesia akan menemukan momentum leapfrog dalam hal ekonomi digital memang terbuka lebar.
Persoalan pandemi yang dalam banyak hal telah membawa kesengsaraan, justru memberikan hikmah dengan bertambahnya pengguna internet, dan semakin menjamur dan berkembangnnya ekonomi digital.
Hanya saja yang diperlukan sekarang adalah kerja lebih pemerintah untuk penguatan UMKM nasional, sehingga mereka mampu berselancar dalam arus ekonomi digital kawasan dan global yang sedang dan akan terus terjadi.
Baca juga: Tokoh Media Muslim, Amani Al-Khatahtbeh Ribut dengan Pria Kulit Putih, Ditangkap di Bandara Newark
Milenial Aceh, UMKM, dan GampongMeukat.Com
Walaupun perkembangan UMKM yang terlibat dalam ekonomi digital masih sangat kecil, itu bukan berarti bahwa Aceh tudak punya potensi untuk mempunyai UMKM yang go internasional.
UMKM Aceh yang terdiri atas Usaha Menengah, Usaha kecil, dan Usaha mikro sebanyak 212,632 unit sudah saatnya disiapkan dengan sangat khusus untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi digital ASEAN, di mana Indonesia diperkirakan akan beperan sangat besar.
Yang menjadi pertanyaan hari ini adalah dari target 8 juta UMKM nasional akan masuk ke dalam arus besar ekonomi digital ditahun-tahun mendatang berapa jumlahnya dari Aceh?
Demikian juga target startup yang dicanangkan oleh pemerintah, bahkan dari jumlahnya yang saat ini lebih dari 2.000 unit, berapa unit ada di Aceh?
Data tahun 2018 melaporkan di Sumatera, paling kurang ada 115 startup, dan dari jumlah itu berapa yang dimiliki oleh Aceh saat ini.
Cina telah menunjukkan kerja keras pemerintah, rakyat, pemerintah desa, dan pemerintah lokal, telah mampu membangkitkan ekonomi desa.
Kebijakan Taobo.com yang menghela ekonomi pedesaan melalui UMKM telah membuat kawasan pedesaan menikmati pertumbuhan ekonomi, menciptakan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, dan bahkan mengurangi kemiskinan secara sangat mencolok.
Baca juga: Transaksi Digital Makin Digandrungi, OJK: Waspada Shadow Banking
Baca juga: Bank Aceh Menyongsong Era Digital, Dengan Mobil Banking Action, Kini Transaksi dalam Genggaman
Kekuatiran tentang teknologi digital yang semakin menyempitkan kesempatan ekonomi rakyat kecil diputarbalikkan oleh pemerintah Cina untuk menjadi juru selamat ekonomi “wong cilik”.
Konsep Taobao village Cina bukan tidak mungkin bisa dijadikan inspirasi untuk menghidupkan ekonomi pedesaan Aceh melalui ratusan ribu UMKM yang tersebar di pantai barat selatan, wilayah tengah, dan pantai utara-timur.
Seperti halya di Cina, UMKM kita juga berpotensi untuk bergerak di sektor pertanian, pengolahan hasil pertanian, kerajinan dan industri kreatif, logistik, bahkan urusan berbagai jasa.
Namun, setiap pekerjaan besar seperti itu, apalagi mengurus ekonomi pedesaan memerlukan komitmen dan visi yang kuat dari pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten kota.
Jiplakan Taobao Village untuk GampongMeukat.com, atau KeudeMeukat.Com sebagai sebuah gerakan besar mengangkat dan memperkuat UMKM daerah, baik di kota maupun desa bukanlah sebuah dosa besar.
Aceh harus punya konsep besar untuk memberdayakan apa yang sudah ada dalam masyarakat yang hanya tinggal penguatan dan pemberdayaan untuk masuk dalam arus ekonomi digital yang sedang bergulir kencang.
Tidak salah pemerintah daerah menjalin kerjasama dengan jaringan e-comerce nasional sekelas Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan lain-lain untuk memperkuat UMKM kopi Arabika dan Kerajinan kerawang Gayo di wilayah Tengah, kerajinan pengolahan Pala di ASceh Selatan,makanan dan bumbu di Pidie dan Aceh Besar, hasil pertanian berikut dengan penglahannya, dan berbagai industri Kreatif lainnya di pantai Timur.
Baca juga: Tamiang Siapkan Tiga Aplikasi Andalan, Berbenah Jadi Kota Digital
Demikian juga dengan UMKM jasa parawisata di Sabang, Pantai Barat Selatan, dan Singkil
Pengalaman Cina menunjukkan keterlibatan pemerintah sangat penting, terutama dalam perencanaan produk, perencanaan fasulitas pendukung, perencanaan arah pengembangan industri masa depan, perencanan rantai indutri, dan cukup banyak lagi yang lain mesti ditangani dengan baik, secara konsisten dan berlanjut.
Isu untuk Aceh adalah, apakah UKM Aceh terbawa atau tidak dalam arus besar ekonomi digital nasional, yang pasti Indonesia akan menjadi pemain besar ekonomi digital regional yang akan datang.
Salah satu modal besar yang sering dipandang sebelah mata adalah potensi milenial Aceh untuk diikutaktifkan dalam penguatan ekonomi digital daerah.
Observasi di berbagai tempat di dunia menunjukkan bahwa milineal yang berstatus sebagai “pribumi digital” menjadi tulang punggung bagi berkembangnya ekonomi digital UMKM pedesaan Cina, dan di hampir semua negara ASEAN lainnya
Hal ini sangat mudah dimengerti karena basis utama pengembangan ekonomi digital adalah sumber daya manusia yang mengurus digitalisasi e-commerce yang terus berkembang dengan cepat yang memerlukan penyesuaian yang cepat pula.
Muda, energik, sangat melek digital, adalah modal utama yang dimiliki oleh milenial yang membuat mereka berbeda dari generasi di atasnya.
Satu hal penting lainnya yang mesti diingat adalah inkulsivitas generasi muda, utamanya milineal dalam penguatan dan percepatan ekonomi digital di daerah ini.
Jangan pernah bermimpi besar untuk membangun ekonomi digital di Aceh tanpa memberikan perhatian serius kepada milineal yang berpotensi sangat besar untuk membuat mimpi itu terwujud.
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
