Fakta Miris Perlakuan yang Diterima Buruh Wanita di Perusahaan Sawit, Tindak Asusila Sudah Biasa
Namun apa yang terjadi ketika dalam proses hulu ke hilir industri tersebut terjadi praktik mengerikan yang merenggut kemerdekaan wanita?
Bos tersebut kemudian mengancamnya dengan menempatkan kapak di tenggorokannya dan memperingatkannya untuk tidak memberi tahu siapapun.
Di perkebunan lain, seorang wanita bernama Ola (bukan nama sebenarnya) mengeluhkan ia menderita demam, batuk dan mimisan setelah bertahun-tahun bekerja menyemprot pestisida tanpa alat pelindung diri.
Berjarak beberapa ratus kilometer lagi, Ita, seorang ibu muda, berduka atas dua jabang bayinya yang keguguran di waktu trimester ketiga.
Baca juga: Pura-pura Pergi Kerja Lalu Pulang, Pria Ini Pergoki Istri Berbuat Tak Senonoh dengan Tetangga
Pada kedua kehamilan yang tidak berhasil tersebut ia terus-terusan membawa beban yang beratnya lebihi berat tubuhnya, karena ancaman pemecatan menantinya.
Mereka hanyalah segelintir wanita yang tidak terlihat di industri kelapa sawit, di antara jutaan anak, ibu dan nenek yang bekerja di perkebunan besar membentang di Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara ini bersama sudah memproduksi 85% dari total seluruh minyak vegetatif dunia.
Kelapa sawit tumbuh dengan cepat karena ditemukan di banyak hal mulai dari keripik kentang sampai pakan hewan, serta sering masuk dalam berbagai produk yang digunakan oleh banyak wanita untuk mempercantik diri mereka.
Investigasi yang dilaksanakan oleh Associated Press (AP) ini fokus kepada perlakuan brutal yang didapat oleh wanita yang bekerja di industri kelapa sawit, termasuk mengenai tindakan asusila kepada para wanita tersebut yang terus-menerus terjadi selama puluhan tahun, mulai dari mendapat cat calls sampai ancaman tindakan asusila.
Tindakan asusila tersebut merupakan bagian dari aksi lebih kejam yang terjadi di Indonesia dan Malaysia, termasuk perdagangan manusia, pemaksaan buruh di bawah umur dan perbudakan.
Perkebunan kelapa sawit memang bukan tempat untuk wanita, dan seringnya para wanita dibebani pekerjaan paling berat di industri tersebut, berjam-jam 'berendam' dalam kubangan air limbah kimia dan membawa beban berat.
Jika terjadi terus-menerus, wanita-wanita itu dapat kehilangan calon anak mereka dan mengalami keguguran.
Banyak yang dipekerjakan oleh subkontraktor dengan sistem upah harian tanpa ada tambahan upah alias hanya upah minimum harian, dan melakukan pekerjaan yang sama untuk perusahaan yang sama bertahun-tahun lamanya.
Hotler Parsaoran dari kelompok LSM Indonesia Sawit Watch mengatakan "hampir semua perkebunan memiliki masalah dengan buruh, tapi kondisi buruh wanita jauh lebih buruk daripada buruh pria."
AP mewawancarai lebih dari tiga lusin wanita dan perempuan dari setidaknya 12 perusahaan di dua negara, nama mereka disamarkan agar menjaga keselamatan para wanita ini.
Kedua negara juga memiliki tanggapan yang berbeda atas yang terjadi di balik layar industri megah itu.