Kemitraan Ekonomi
RCEP Dorong Perdagangan Regional dalam Menghadapi Perang Dagang Hingga Pandemi
RCEP akan menguntungkan sektor perjalanan dan transportasi, bersama sektor otomotif, petrokimia, pariwisata, pertanian, makanan, dan kawasan industri.
‘Obat’ Atasi Pandemi
Sementara itu, HSBC Bank Malaysia menyampaikan RCEP menjadi obat mujarab yang dibutuhkan Asia untuk pulih dari keterpurukan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19.
CEO HSBC Malaysia Stuart Milne mengatakan meskipun perdagangan internasional terus menghadapi ketidakpastian, penandatanganan RCEP memberikan kepercayaan pada keterbukaan pasar dan hal itu akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.
“Perdagangan intra-Asia, yang sudah lebih besar dari perdagangan Asia dengan gabungan Amerika Utara dan Eropa, akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi global dan menarik pusat gravitasi ekonomi menuju Asia,” kata Milne dalam pernyataannya.
Milne berharap anggota RCEP akan melanjutkan kemajuan yang telah dibuat dan lebih meliberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan.
Milne mengatakan Malaysia dapat lebih memperkuat perdagangan lintas batas dan hubungan ekonomi dengan mitra RCEP karena negara tersebut berfungsi sebagai pintu gerbang ke negara-negara anggota ASEAN.
“Dengan akses pasar yang lebih besar, bisnis Malaysia dapat berharap untuk tumbuh secara regional dan seterusnya," kata dia.
Baca juga: Indonesia Masih Impor Daging Ayam dari Brasil? Ini Penjelasan Kemendag
Baca juga: Mengapa Indonesia Bergantung Impor BBM dari Singapura, Padahal Ladang Minyaknya Saja tak Ada
Baca juga: Tarif Impor ke Australia Nol Persen Termasuk Komoditi Kopi, Peluang Besar untuk UMKM Indonesia
Hati-hati Lonjakan Impor
Ekonom Senior dari Economic Cooperation and Integration among Developing Countries (ECIDC) Rashmi Banga mengatakan perjanjian perdagangan bebas seperti RCEP bisa membatasi kebijakan dan ruang fiskal negara berkembang.
Menurut dia, dengan asumsi tarif semua produk dihapuskan antara negara RCEP, maka sebagian besar negara ASEAN akan mengalami kenaikan impor.
Negara berkembang lebih rentan dan diperkirakan akan terkena pukulan lebih keras dan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk pulih.
“Negara-negara ASEAN hanya dapat memperoleh manfaat dari RCEP jika mereka benar-benar dapat menggunakan potensi rantai nilai regional yang terhubung dengan rantai nilai global," kata Rashmi.
Setelah implementasi RCEP, kata Rashmi, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan impor dari negara-negara anggota hingga USD101,9 miliar.
Sebelum implementasi RCEP, lanjut dia, impor Indonesia dari negara-negara anggota sebesar USD100,5 miliar.
Rashmi juga mengatakan ekspor Indonesia setelah RCEP diperkirakan hanya tumbuh sebesar USD997,7 juta menjadi USD91,96 miliar.