Berita Abdya

Jembatan Rangka Baja Krueng Teukueh Abdya Rampung 86 Persen

Pembangunan jembatan rangka baja ini menyerap anggaran Rp 12, 117 miliar sumber APBA-Otsus Pemerintah Aceh tahun 2020.

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Taufik Hidayat
FOTO KIRIMAN MUHIBUDDIN
Proyek Jembatan Rangka Baja Krueng Teukueh di Desa Lama Tuha, kawasan terpencil Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Abdya, menyerap anggaran Rp 12,117 miliar sumber dana APBA-Otsus tahun 2020, sudah rampung sekitar 85 persen hingga Jumat (20/11/2020). 

Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Impian dan penantian panjang kehadiran sebuah jembatan permanen pengganti rakit penyeberangan di Krueng Teukuh, Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), segera menjadi kenyataan.  

Pemasangan jembatan rangka baja sepanjang 60 meter yang dimulai sejak Oktober lalu hingga memasuki pekan ketiga November ini rampung 86 persen. Pemasangan rangka baja menyerap anggaran Rp 12, 117 miliar sumber APBA-Otsus Pemerintah Aceh tahun 2020.

“Progres pembangunan jembatan rangka baja Krueng Teukeuh sudah terealisasi sekitar 86 persen,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Abdya, Ir Much Tavip MM melalui Kabid Bina Marga, Muhibuddin ST kepada Serambinews.com, Minggu (22/11/2020).

Kontrak pekerjaan jembatan rangka baja yang ditunggu ribuan masyarakat Abdya itu  diteken 27 Agustus lalu.

Pekerjaan di lapangan dilaksaanakan sejak Oktober 2020 oleh pelaksana atau penyedia pekerjaan jembatan rangka baja Krueng Teukueh, PT Multi Putra Inti, Kota Banda Aceh.

Pengerjaannya berjalan sesuai dengan target.  Pengerjaan pemasangan rangka baja jembatan tersebut  menggunakan sistem cantilever dengan rangka baja pembebanan sepanjang 40 meter.

Melalui sistem ini, pemasangan rangka baja langsung dari sisi sungai arah Drien Leukiet, Desa Blang Makmur  menuju seberang kawasan Desa Lama Tuha, tanpa menggunakan tiang pancang di tengah sungai seperti pemasangan jembatan yang pernah dilakukan sebelumnya. Pemasangan seperti ini bisa dilaksanakan karena ada rangka baja pembeban.  

Rangka baja pembeban itu akan dibuka kembali, setelah pemasangan rangka baja jembatan tersambung ke seberang sungai.

Rangka baja pembeban tersebut akan digunakan sebagai material pembangunan jembatan rangka baja di lokasi lain.

Selesai pemasangan rangka baca yang kini tersisa sekitar 15 meter lagi, dilanjutkan pekerjaan pengegecoran lantai jembatan sepanjang 60 meter.

“Pemasangan rangka baja melintang di atas aliran Krueng Teukueh hanya sedikit lagi yang belum tersambung, sekitar 15 meter. Ditargetkan selesai bulan depan,” ungkap Kepala DPUPR Abdya, Much Tavip, dua hari lalu.

Baca juga: Di Tengan Pandemi Corona, Omzet Penjualan Turun 40%, Produksi Sawit dan Pala di Abdya juga Turun

Baca juga: Era Rakit Krueng Teukueh Abdya Segera Berakhir, Jembatan Rangka Baja Panjang 60 Meter Hampir Rampung

Baca juga: Lintas Gayo Lues-Abdya Sulit Dilalui, Peningkatan Badan Jalan Terganjal Batalnya Proyek Multiyears

Sebagai catatan, kurun waktu sekitar 12 tahun terakhir, penyeberangan di Krueng Teukueh (aliran Krueng Babahrot yang dipindahkan) mengandalkan jasa rakit dari bahan drum.

Rakit ini sangat riskan digunakan, jika sewaktu-waktu aliran sungai meluap.

Beroperasi akhir tahun 2008, rakit ini mampu  menampung maksimal 22 unit sepeda motor (sepmor) dan 30 warga untuk menyeberangi aliran sungai menuju kawasan perkebunan dan areal pertanian masyarakat di kawasan Lama Tuha atau lahan Jalan 30.

Di Desa Lama Tuha, daerah terpencil di seberang sungai Krueng Teukueh, terdapat hamparan lahan yang dikembangkan menjadi sentra pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat. Tanaman kelapa sawit yang ditanam sejak 12 tahun lalu sudah lama berproduksi. 

Jalur pendek untuk menjangkau kawasan perkebunan di Lama Tuha adalah dari Dusun Drien Leukiet, Desa Blang Makmur dengan jarak hanya 8 kilometer (km). Namun, jalur ini harus menggunakan jasa rakit penyeberangan Krueng Teukueh. 

Memang ada jalur darat yang tembus langsung dari dan ke kawasan Lama Tuha (tanpa menggunakan jasa rakit), yaitu dari Pasar Pantee Rakyat, Kecamatan Babahrot. Tapi, jalur ini jarak tempuh sangat jauh, mencapai sekitar 37 km. Jalur darat tanpa rakit ini menjadi lintasan angkutan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit produksi Lama Tuha.        

Karena waktu tempuh tidak terlalu lama, masyarakat petani memilih jalur dari Drien Leukiet, meskipun harus  menggunakan jasa rakit di Krueng Teukueh menuju kawasan perkebunan Lama Tuha.  

Rakit penyeberangan Krueng Teukueh beroperasi setiap hari dari pagi sampai malam melayani jasa penyeberangan.

Khusus hari Sabtu dan Minggu, rakit ini harus melayani ratusan warga menggunakan sepmor menuju lokasi perkebunan di Lama Tuha. Pengguna jasa rakit ini harus antre di dua sisi sungai menunggu giliran untuk menyeberang.

Pihak pengelola rakit mengutip jasa Rp 3.000 per sepmor atau Rp 6.000 untuk pergi dan pulang.

Baca juga: Pria Prancis Dihukum 25 Tahun Penjara, Terbukti Membunuh dan Membakar Istrinya Sendiri

Baca juga: Jasad Pria Kaya dan Budak Hangus Terbakar Dari Letusan Gunung Vesuivus 2.000 Tahun Lalu Ditemukan

Baca juga: Gubernur Nova Resmikan Masjid Bantuan Masyarakat Aceh di Palu

Baca juga: Sakit Hati, Remaja Ini Nekat Sebar Foto Vulgar Mantan Pacar ke Medsos, Kini Mendekam di Penjara

Seperti pernah disampaikan Ismail (24), operator rakit Krueng Tekueh kepada Serambinews.com beberapa waktu lalu, rakit yang beroperasi sejak akhir 2008 lalu, sedikitnya sudah tiga unit rakit  hilang diseret arus banjir.

Terparah peristiwa banjir 23 Agustus 2016 lalu, bukan saja menghanyutkan rakit Krueng Teukueh, tapi juga meruntuhkan  jembatan rangka baja Krueng Teukueh yang sedang dipasang, saat itu.

Bentang rangka baja yang telah dipasang saat itu sudah mencapai 50 meter, dari total panjang 60 meter, melintang sungai besar tersebut ambruk ke dalam sungai besar itu. Masyarakat tentu sangat kecewa karena harapan kehadran sebuah jembatan menjadi pupus, saat itu.

Pasca ambruk jembatan rangka baca dalam proses pemasangan tiga tahun lalu, masyarakat tetap mengantung harapan besar kepada Pemkab Abdya agar pembangunan jembatan Krueng Teukueh, agar direncanakan kembali.

Harapan tersebut terwujud tahun 2020, setelah Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah turung langsung ke lokasi, didampingi Bupati Abdya, Akmal Ibrahim SH pada malam hari, sekitar bulan Desember 2018, lalu.  Rencana kelanjutan proyek jembatan rangka baja Krueng Teukueh sempat hilang timbul.   

Bagi masyarakat petani, kehadiran jembatan permanen Krueng Teukueh selain membuka isolasi kawasan sentra pertanian dan perkebunan Lama Tuha, dan menjadi sarana penunjang peningkatan perekonomian masyarakat atau menjadi urat nadi perekonomian ribuan masyarakat Kabupaten Abdya.

Terwujudnya jembatan rangka baja di Krueng Teukueh selain mengakhiri era rakit juga kawasan Lama Tuha yang punya hamparan luas akan berkembang pesat sebagai sentra perkebunan dan pertanian, dan tidak tertutup kemungkinan menjadi daerah pemukiman baru di Abdya.  

Terlebih lagi, kawasan Lama Tuha terdapat teluk surien yang sudah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan Pelabuhan Teluk Surin, sebuah pelabuhan  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) barat selatan Aceh.

Dengan rampungnya jembatan rangka baja Krueng Teukueh, maka akan berfungsi jalan lingkar atau Jalan 30 sepanjang sekitar 82 km. Dari Pulau Kayu Susoh menuju Teluk Surien Kuala Batee sampai ke simpang Desa Ie Mirah Babahrot.

Badan jalan lingkar ini, mulai dibuka sejak tahun 2008 lalu secara bertahap. Menurut keterangan Pemkab Abdya sudah mengsulkan peningkatan Jalan 30 dengan lapisan aspal sebagai pendukung pembangunan Pelabuhan Teluk Surien.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved