Satu Per Satu Sahabatnya Meninggal Dunia, Dr Mahathir Mohamad: Saya Sedih, Saya Kesunyian
Khalid atau nama sebenarnya, Tan Sri Khalid Abdullah (98), dilaporkan meninggal dunia akibat sakit tua di Kedah Medical Centre (KMC), pada Rabu.
SERAMBINEWS.COM – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad merasakan kesepian di hari tuanya.
Satu per satu teman kecilnya, sahabat remaja, hingga rekan seperjuangan, telah pergi meninggalkan Mahathir.
Terbaru, pada Rabu (18/11/2020), Tun Mahathir kembali kehilangan sahabat dan rekan seperjuangannya, yaitu Khalid Julong.
Khalid atau nama sebenarnya, Tan Sri Khalid Abdullah (98), dilaporkan meninggal dunia akibat sakit tua di Kedah Medical Centre (KMC), pada Rabu.
Khalid Julong dikebumikan di tanah perkuburan Masjid Al Hussain di Alor Setar, Kedah, pada Rabu.
Mahathir, orang kuat Malaysia, yang kini berusia 95 tahun meluahkan rasa sedihnya atas kepergian Khalid Julong.
Tun Dr Mahathir Mohamad menyebut keperfian Khalid Julong sebagai kehilangan yang besar.
“Khalid Julong meninggal pada 18 November 2020. Dengan pemergiannya maka tamatlah satu generasi pejuang Melayu,” tulis Mahathir Mohamad, dalam blognya chedet.cc yang juga dicuitkan di akun Twitternya, Dr Mahathir Mohamad.
Selain menulis tentang kepergian Khalid Julong, mantan Perdana Menteri Malaysia ini juga meluahkan rasa kesunyian setelah satu per satu rekan-rekan dan sahabatnya meninggal dunia.
“Khalid, Azahari Taib, Khir Johari, Khir Pa’ Awang, Hj Taha, Chegu Senu dan lain-lain sudah tidak ada.
Tinggal saya seorang. Saya sedih. Semua mereka kawan lama. Saya kesunyian,” tulis Tun Mahathir.
Anggota Parlemen Malaysia dari Langkawi ini turun menceritakan kisah persahabatan dirinya dengan Khalid Julong.
Ia bercerita berkenalan dengan Khalid setelah berakhirnya perang Dunia Kedua.
“Kami berada dalam Saberkas, sekumpulan anak Melayu yang memiliki kesedaran akan bangsanya,” katanya.
Menurutnya, Inggris yang menjajah Tanah Melayu kala itu merancang untuk merampas negeri-negeri Melayu untuk dijadikan tanah jajahan mereka.
“Malayan Union akan tamatkan kewujudan orang Melayu dengan Tanah Melayu mereka,” katanya.
Karena kesadaran anak-anak muda Melayu kala itu, Inggris tidak berhasil mewujudkan keinginannya.
Dalam cuitannya itu, Dr Mahathir turut mendoakan semoga roh Allahyarham Khalid dirahmati Allah.
Baca juga: Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad, Muslim Berhak Membunuh Orang Prancis, Twitter Hapus Postingan
Baca juga: Mahathir Mohamad Tegaskan Tak Dukung Siapa Pun Untuk Jadi PM Malaysia, Bagaimana Sikap UMNO?
Selain dengan nama-nama yang disebut di atas, Dr Tun Mahathir juga terkenal sangat dekat dengan tokoh Malaysia keturunan Aceh, yakni Tan Sri Sanusi Junid.
Sanusi Juned, atau nama lengkapnya Y.B. Tan Sri Dato' Seri Sanusi Junid lahir di Yan, Kedah, Malaysia, 10 Juli 1943.
Umurnya terpaut 18 tahun lebih muda dari Dr Mahathir Mohamad.
Namun, Tan Sri Sanusi Junid lebih dulu dipanggil menghadap Sang Pencipta.
Sanusi Juned meninggal dunia dalam usia 74 tahun menjelang subuh, Jumat (9/3/2018) di Kuala Lumpur. Innalillahi wa innailaihi rajiun.
Baca juga: Gelar untuk Sanusi Juned
Baca juga: Tan Sri Sanusi Junid, Bankir Berdarah Aceh yang Berjaya di Malaysia, Bermula dari Kampung Yan
Baca juga: INNALILLAHI WA INNAILAIHI RAJIUN, Tan Sri Sanusi Junid, Tokoh Malaysia asal Aceh, Meninggal Dunia
Kehidupan Awal Tun Mahathir
Tun Mahathir dilahirkan pada 10 Julai 1925 di No.18, Lorong Kilang Ais, Seberang Perak, Alor Setar, Kedah.
Anak bungsu daripada 9 orang bersaudara diberikan nama gelaran Che Det.
Hal ini pula yang membuat akun media sosial milik Mahathir Mohamad bertuliskan CheDet.
Tun Mahathir lahir dan besar dalam keluarga sederhana.
Dia tidaklah dilahirkan dalam keluarga bangsawan atau keluarga agama atau politik yang terkenal.
Baca juga: Umurnya Hampir Satu Abad, Eks Perdana Menteri Mahathir Belum Ingin Pensiun
Zaman persekolahan
Tun Mahathir mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Seberang Perak.
Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke sekolah Inggris yang kini dikenali sebagai Kolej Sultan Abdul Hamid.
Ayah Mahathir Mohamad, yaitu Mohammed bin Sultan Iskander merupakan orang Melayu pertama yang menjadi kepala sekolah di Kolej Sultan Abdul Hamid.
Ia sangat terkenal di sekolahnya, termasuk dalam kegiatan debat dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.
Tun Mahathir juga menunjukkan ketertarikannya pada olahraga dengan bermain rugby untuk tim sekolah.
Sehari setelah Tun Mahathir mengikuti Ujian Cambridge Junior, studinya terganggu ketika Jepang melancarkan serangan ke Asia Tenggara dalam Perang Dunia II melalui Thailand.
Sekolah-sekolah di Tanah Melayu ketika itu terpaksa ditutup, sehingga Mahathir pun terpaksa berhenti sekolah.
Ketika itu ia memulai bisnis dengan menjual kopi dan kemudian pisang goreng dan makanan ringan lainnya di Pekan Rabu untuk membantu keluarganya.
Baca juga: Mahathir Mohamad akan Kembali Maju pada Pemilu Malaysia Berikutnya, Sempat Umumkan Pensiun
Kuliah Hingga Menikah
Setelah perang usai, Tun Mahathir menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di Senior Cambridge.
Pada tahun 1947, Mahathir melanjutkan pendidikannya dalam bidang studi kedokteran di Kolej Perubatan King Edward VII (kini dikenal sebagai Universiti Kebangsaan Singapura).
Ketika inilah Mahathir bertemu dengan bakal isterinya, Tun Siti Hasmah Mohamad Ali, yang juga seorang mahasiswi kedokteran.
Semasa kuliah, Tun Mahathir aktif menulis untuk The Sunday Times (sekarang dikenal sebagai The Straits Times) dengan menggunakan nama penanya, C.H.E Det.
Tulisan-tulisannya banyak mengungkap tentang persoalan orang Melayu.
Setelah lulus pada tahun 1953, Tun Mahathir memulai pengabdiannya sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Umum Alor Setar Kedah.
Pada Agustus 1956, Tun Mahathir dan Tun Siti Hasmah menikah, dan melahirkan bayi pertama mereka, Marina pada 1957.
Di tahun yang sama, Tun Mahathir mengundurkan diri dari dokter pemerintah.
Ia mendirikan klinik sendiri bernama Klinik Maha, yang merupakan klinik swasta milik orang Melayu di Negeri Malaysia.
Baca juga: Mahathir Mohamad Tegaskan Anwar Ibrahim Tak Bisa Jadi Perdana Menteri Malaysia, Ini Alasannya
Karir Politik
Dikutip dari Wikipedia.org, selama menjalani profesi sebagai dokter, Mahathir juga aktif di partai politik milik orang Melayu, yakni UMNO.
Ia menjadi anggota parlemen pada tahun 1964, mewakili UMNO.
Mahathir menjabat selama satu periode, lalu kalah dalam pemilu selanjutnya.
Ia kemudian berselisih dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman dan dikeluarkan dari UMNO.
Ketika Abdul Rahman mundur, Mahathir kembali masuk UMNO dan Parlemen dan diangkat menjadi menteri kabinet.
Pada tahun 1976, ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri.
Pada tahun 1981, ia dilantik sebagai Perdana Menteri setelah pendahulunya, Hussein Onn, mengundurkan diri.
Mahathir menjadi Perdana Menteri sampai tahun 2003, yang merupakan Perdana Menteri dengan masa jabatan terlama, sepanjang sejarah Malaysia.
Sempat mengundurkan diri pada tahun 2003, Mahathir Mohamad kembali menjadi perdana menteri Malaysia setelah pemilihan umum 2018, melalui Partai Pribumi Bersatu Malaysia.
Karier politiknya merentang selama lebih dari 70 tahun sejak ia bergabung dengan United Malays National Organisation (UMNO) tahun 1946 dan mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia tahun 2016.
Pada masa pemerintahan Mahathir, Malaysia mengalami modernisasi dan pertumbuhan ekonomi pesat.
Pemerintahannya merintis serangkaian proyek infrastruktur besar.
Mahathir adalah tokoh politik ternama, memenangi lima pemilu berturut-turut, dan mengalahkan para pesaingnya yang hendak memperebutkan kursi ketua partai UMNO.
Namun, pemerintahan Mahathir juga mengorbankan independensi pengadilan serta kekuasaan dan hak tradisional kerajaan Malaysia.
Ia mengesahkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri untuk menangkap aktivis, tokoh agama minoritas, dan lawan politik, termasuk Wakil Perdana Menteri yang ia pecat pada tahun 1998, Anwar Ibrahim.
Rekam jejak Mahathir dalam mengekang kebebasan sipil dan penolakannya terhadap kepentingan dan kebijakan ekonomi Barat mempertegang hubungan luar negeri Malaysia dengan Amerika Serikat, Britania Raya, dan Australia.
Sebagai Perdana Menteri, ia mendukung pembangunan dunia ketiga dan merupakan aktivis internasional ternama.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunserambiwiki.com dengan judul Mahathir Mohamad Merasa Sedih dan Kesunyian, Satu Per Satu Sahabatnya Meninggal Dunia.