Internasional

Kisah Pengungsi Ethiopia di Sudan, Lari Dari Bawah Tembakan, Gurun Tandus, Sampai Melahirkan

Warga sipil Tigray Ethiopia yang sedang bergejolak terus melarikan diri dari area perang untuk mengungsi ke Sudan.

Editor: M Nur Pakar
AFP/UNREST EDUARDO SOTERAS
Foto gabungan memperlihatkan kondisi perang di Tigray, Ethiopia dan pengungsi di Sudan pada Minggu (22/11/2020). 

Seorang gadis kecil, frustrasi, memutar kepala boneka plastik sampai kepalanya terlepas.

Seorang pria menangis di lekuk lengannya saat dia mengangkat foto kecil putranya yang berusia 12 tahun.

Anak laki-laki itu ditembak mati, katanya.

Kamp yang lebih permanen terakhir digunakan pada 1980-an untuk orang-orang Ethiopia yang melarikan diri dari kelaparan yang diperburuk oleh perang saudara selama bertahun-tahun.

Untuk waktu yang lama, gambaran tentang orang-orang yang kelaparan itu menghanguskan reputasi Ethiopia.

Butuh beberapa dekade untuk mengubah negara itu menjadi salah satu kisah sukses terbesar Afrika, dengan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Namun di balik ledakan itu, represi politik membuat permusuhan di antara kelompok etnis tetap terkendali.

“Kami merasa seperti kami telah berhasil, dan kami bahagia,” kenang Menas Hgoos, yang kini mendapati dirinya melarikan diri ke Sudan untuk kedua kalinya.

“Dan sekarang Abiy Ahmed menyerang kami, kami pergi dengan pakaian di badan saja," katanya.

Banyak pengungsi baru yang terlalu muda untuk mengingat penderitaan masa lalu.

Mereka tiba-tiba terlalu terbebani dengan milik mereka sendiri dan dengan kekhawatiran bagi mereka yang tidak berhasil.

“Banyak juga orang yang tinggal di sana yang tidak bisa melarikan diri ke sini,” kata Haftoun Berha.

Dia berhenti sejenak berbicara untuk memikirkan orang-orang tersayang yang kini tidak mungkin dijangkau.

“Itu lebih menyedihkan," ujarnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved