Berita Abdya
Pemasangan Rangka Jembatan Krueng Teukueh Tuntas, Pengelola Rakit Rela Kehilangan Mata Pencarian
Selesainya pemasangan rangka baja sepanjang 60 meter itu disambut gembira masyarakat Abdya yang sudah bertahun-tahun menggunakan rakit penyeberangan.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Pemasangan rangka baja jembatan Krueng Teukueh dari aboutment (kepala jembatan) arah Desa Blang Makmur, berhasil tersambung dengan aboutment arah Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
“Gelaga baja berhasil tersambung dengan abutment di sisi sungai Lama Tuha pada Minggu malam,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Abdya, Ir Much Tavip MM melalui Kabid Bina Marga, Muhibuddin ST kepada Serambinews.com, Selasa (24/11/2020).
Keberhasilan pemasangan rangka baja sepanjang 60 meter di atas alirang Krueng Teukueh, disambut gembira masyarakat petani Abdya yang sudah bertahun-tahun menggunakan jasa rakit penyeberangan di lokasi.
Syukur (35), operator rakit penyeberangan kepada Serambinews.com di lokasi, Selasa siang tadi mengaku sangat gembira menyaksikan suksesnya pemasangan rangka baja jembatan Krueng Teukueh, meskipun belum rampung 100 persen.
Kendati akan segera kehilangan pekerjaan sebagai operator rakit setelah berfungsi jembatan rangka baja tersebut, Syukur dengan mantap mengatakan tidak ada masalah demi kepentingan masyarakat yang lebih banyak.
“Tak ada masalah, saya bersama satu rekan yang lain segera kehilangan pekerjaan demi kepentingan bersama. Kami bisa mencari pekerjaan lain,” katanya.
Pengguna jasa rakit juga mengaku sangat bahagia. “Ya, sangat bersyukur, kami tak lagi pulang malam ke rumah,” kata salah orang warga yang ditemui di atas rakit penyeberangan Krueng Teukeuh.
Soalnya, ratusan petani penggaran lahan di seberang Krueng Teukueh, bertahun-tahun sering tiba di rumah pada malam hari karena menunggu atrean sampai malam karena menunggu giliran pelayanan penyeberangan.
Syukur bersama satu orang rekannya mengaku mengelola rakit penyeberangan Krueng Teukueh kurun waktu enam tahun terakhir atau sejak tahun 2014.
Warga Desa Blang Makmur, Kuala Batee ini menjelaskan dari jasa rakit bisa mengumpulkan pendapatan maksimal kadang-kadang mencapai Rp 1,2 juta per hari. Dari jumlah itu Rp 700 ribu diserahkan kepada pemilik rakit, sisanya dibagi dengan satu lagi rekan operator yang lain.
Pendapatan maksimal seperti itu dikatakan tidak saban hari, melainkan pada hari Sabtu dan Minggu karena terjadi ledakan jumlah pengguna jasa rakit. “Kalau hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur, jumlah sepeda motor yang harus dilayani bisa mencapai 400 unit,” ujar Syukur.
Jasa penyebarangan sepmor siang hari dikutip Rp 3.000 per unit, sedangkan jika pelayanan malam hari Rp 5.000 per unit, dan rakit beroperasi sampai tengah malam, kecuali terjadi banjir. Sedangkan penyebarangan masyarakat tanpa menggunakan kendaraan bermotor tidak dikutip jasa.
Pendapatan yang lumayan yang ia peroleh akan segera berakhir seiring rampungnya pembangunan jembatan rangka baja Krueng Teukueh yang menjadi impian ribuan masyarakat petani.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Abdya tak Bertambah 15 Hari Terakhir, Dua Pasien Masih Dirawat dan Isolasi
Baca juga: Kamis Lusa, Pangdam IM Mayjen TNI Achmad Marzuki Tiba di Aceh, Ini Perjalanan Karir Militernya
Baca juga: Pasien Corona yang Meninggal di Singkil Bertambah, Pemulasaraan Jenazah tanpa Protkes
Masih menurut Syukur, pembangunan jembatan Krueng Teukueh yang ketiga kali ini sempat menimbulkan perasaan was-was sebagian masyarakat. Soalnya, pembagunan dua kali sebelumnya berakhir gagal.
Bahkan, pemasangan rangka baja yang hanya tersisa sekitar 10 meter dari panjang 60 meter tahun 2016 lalu akhirnya runtuh ke dalam sungai. Bentangan rangka baja sepanjang 50 meter ambruk setelah tiang pancang penyangga dari batang kelapa di tengah sungai ambruk bersama rangka baja jembatan diterjang banjir besar saat itu.
Pembangunan rangka baja jembatan Krueng Teukueh kali ketiga dimulai sejak Oktober 2020 lalu, banyak masyarakat memanjatkan doa, memohon bantuan Allah SWT agar berhasil. Bahkan menurut Syukur, sejumlah warga bernazar untuk keberhasilan pemasangan rangka jembatan tersebut.
“Melihat rangka baja jembatan sudah berhasil menyentuh dua sisi kepala jembatan sekarang banyak warga segera melepas nazar yang sudah diikarkan. seperti membantu material pembangunan rumah ibadah dan memberi sedekah kepada anak yatim,” katanya.
Tidak kecuali Syukur sendiri juga telah bernazar, yaitu menyembelih bebek (itik) dalam acara syukuran bersama beberapa rekannya. “Insya Allah, nazar menyembelih itik segera saya tunaikan,” tambah Syukur sambil tersenyum.
Diberitakan, impian dan penantian panjang untuk kehadiran sebuah jembatan permanen pengganti rakit penyeberangan di Krueng Teukuh, Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Abdya, segera menjadi kenyataan.
Pemasangan jembatan rangka baja sepanjang 60 meter yang dimulai sejak Oktober lalu hingga memasuki pekan ketiga November ini rampung sekitar 86 persen. Pemasangan rangka baja menyerap anggaran Rp 12, 117 miliar sumber APBA-Otsus Pemerintah Aceh tahun 2020.
“Progres pembangunan jembatan rangka baja Krueng Teukeuh sudah terealisasi sekitar 86 persen,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Abdya, Ir Much Tavip MM melalui Kabid Bina Marga, Muhibuddin ST kepada Serambinews.com, Minggu (22/11/2020).
Kontrak pekerjaan jembatan rangka baja yang ditunggu ribuan masyarakat Abdya itu diteken 27 Agustus lalu. Pekerjaan di lapangan dilaksaanakan sejak Oktober 2020 oleh pelaksana atau penyedia pekerjaan jembatan rangka baja Krueng Teukueh, PT Multi Putra Inti, Kota Banda Aceh.
Pengerjaannya berjalan sesuai dengan target. Pengerjaan pemasangan rangka baja jembatan tersebut menggunakan sistem cantilever dengan rangka baja pembebanan sepanjang 40 meter.
Melalui sistem ini, pemasangan rangka baja langsung dari sisi sungai arah Drien Leukiet, Desa Blang Makmur menuju seberang kawasan Desa Lama Tuha, tanpa menggunakan tiang pancang di tengah sungai seperti pemasangan jembatan yang pernah dilakukan sebelumnya. Pemasangan seperti ini bisa dilaksanakan karena ada rangka baja pembeban.
Rangka baja pembebanan itu akan dibuka kembali, setelah pemasangan rangka baja jembatan tersambung ke seberang sungai. Rangka baja pembeban tersebut akan digunakan sebagai material pembangunan jembatan rangka baja di lokasi lain.
Selesai pemasangan rangka baja, dilanjutkan pekerjaan pengegecoran lantai jembatan sepanjang 60 meter. Kemudian pengaspalan badan jalan sekitar dua sisi kepala jembatan
Baca juga: Plt Camat Kluet Tengah Budidayakan Ikan Air Tawar untuk Ketahanan Pangan di Aceh Selatan
Baca juga: Warga Palestina dan Suriah Didera Musim Dingin Mematikan, ACT Aceh Galang Bantuan Pangan
Baca juga: Sopir Ambulans Meninggal Setelah Antar Pasien Covid-19, Sempat Heboh di Media Sosial
Sebagai catatan, kurun waktu sekitar 12 tahun terakhir, penyeberangan di Krueng Teukueh (aliran Krueng Babahrot yang dipindahkan) mengandalkan jasa rakit dari bahan drum. Rakit ini sangat riskan digunakan, jika sewaktu-waktu aliran sungai meluap.
Beroperasi akhir tahun 2008, rakit ini mampu menampung maksimal 18 unit sepeda motor (sepmor) dan 30 warga untuk menyeberangi aliran sungai menuju kawasan perkebunan dan areal pertanian masyarakat di kawasan Lama Tuha atau lahan Jalan 30.
Di Desa Lama Tuha, daerah terpencil di seberang sungai Krueng Teukueh, terdapat hamparan lahan terlah berkembangkan menjadi sentra pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat. Puluhan ribu hektare tanaman kelapa sawit rakyat yang ditanam sejak 2008 sudah berproduksi.
Jalur pendek untuk menjangkau kawasan perkebunan di Lama Tuha adalah dari Dusun Drien Leukiet, Desa Blang Makmur, Kecamatan Kuala Batee dengan jarak hanya 8 kilometer (km), dan 12 km dari Desa Pulau Kayu Kecamatan Susoh. Namun, dua jalur ini harus menggunakan jasa rakit penyeberangan Krueng Teukueh.
Memang ada jalur darat yang tembus langsung dari dan ke kawasan Lama Tuha (tanpa menggunakan jasa rakit), yaitu dari Pasar Pantee Rakyat, Kecamatan Babahrot.
Tapi, jalur ini jarak tempuh sangat jauh, mencapai sekitar 37 km. Jalur darat tanpa rakit ini menjadi lintasan angkutan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit produksi Lama Tuha.
Karena waktu tempuh tidak terlalu lama, masyarakat petani memilih jalur dari Drien Leukiet, meskipun harus menggunakan jasa rakit di Krueng Teukueh menuju kawasan perkebunan Lama Tuha.
Khusus hari Sabtu dan Minggu, rakit ini harus melayani ratusan warga menggunakan sepmor menuju lokasi perkebunan di Lama Tuha. Pengguna jasa rakit ini harus antre di dua sisi sungai menunggu giliran untuk menyeberang.
Seperti pernah disampaikan Ismail (24) salah seorang pemilik kebun sawit di lokasi bahwa rakit sejak akhir 2008 lalu, sedikitnya sudah tiga unit rakit hilang diseret arus banjir.
Terparah peristiwa banjir 23 Agustus 2016 lalu, bukan saja menghanyutkan rakit Krueng Teukueh, tapi juga meruntuhkan jembatan rangka baja Krueng Teukueh yang sedang dipasang, saat itu.
Bentang rangka baja yang telah dipasang saat itu sudah mencapai 50 meter, dari total panjang 60 meter, melintang sungai besar tersebut ambruk ke dalam sungai besar itu. Masyarakat tentu sangat kecewa karena harapan kehadran sebuah jembatan menjadi pupus, saat itu.
Pasca ambruk jembatan rangka baca dalam proses pemasangan tiga tahun lalu, masyarakat tetap mengantung harapan besar kepada Pemkab Abdya agar pembangunan jembatan Krueng Teukueh, agar direncanakan kembali.
Harapan tersebut terwujud tahun 2020, setelah Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah turung langsung ke lokasi, didampingi Bupati Abdya, Akmal Ibrahim SH pada malam hari, sekitar bulan Desember 2018, lalu. Rencana kelanjutan proyek jembatan rangka baja Krueng Teukueh sempat hilang timbul.
Bagi masyarakat petani, kehadiran jembatan permanen Krueng Teukueh selain membuka isolasi kawasan sentra pertanian dan perkebunan Lama Tuha, dan menjadi sarana penunjang peningkatan perekonomian masyarakat atau menjadi urat nadi perekonomian ribuan masyarakat Kabupaten Abdya.
Terewujudnya jembatan rangka baja di Krueng Teukueh selain mengakhiri era rakit juga kawasan Lama Tuha yang punya hamparan luas akan berkembang pesat sebagai sentra perkebunan dan pertanian, dan tidak tertutup kemungkinan menjadi daerah pemukiman baru di Abdya.
Terlebih lagi, kawasan Lama Tuha terdapat teluk surien yang sudah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan Pelabuhan Teluk Surin, sebuah pelabuhan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) barat selatan Aceh.
Dengan rampungnya jembatan rangka baja Krueng Teukueh, maka akan berfungsi jalan lingkar atau Jalan 30 sepanjang sekitar 82 km. Dari Pulau Kayu Susoh menuju Teluk Surien Kuala Batee sampai ke simpang Desa Ie Mirah Babahrot.
Badan jalan lingkar ini, mulai dibuka sejak tahun 2008 lalu secara bertahap. Menurut keterangan Pemkab Abdya sudah mengusulkan proyek peningkatan Jalan 30 dengan lapisan aspal sebagai pendukung pembangunan Pelabuhan Teluk Surien di Lama Tuha.(*)