Internasional
Komandan Pasukan Perlawanan Libya Mengancam Menyerang Pasukan Turki
Komandan pasukan perlawanan Libya, Jenderal Khalifa Hifter mengancam akan menyerang pasukan Turki. Dia telah berusaha merebut ibu kota Tripoli dari pe
"Musuh yang menjajah memiliki satu dari dua pilihan, pergi dengan damai atau diusir dengan paksa," kata Hifter, mengacu pada Turki.
Baca juga: Parlemen Turki Perpanjang Keberadaan Pasukan di Libya Selama 18 Bulan
Misi PBB di Libya menggunakan kesempatan yang sama untuk mendesak saingan Libya untuk mengamati gencatan senjata.
Juga harus menghormati peta jalan politik untuk menyelenggarakan pemilihan nasional pada Desember 2021.
Awal bulan ini, 75 politisi Libya dari kubu oposisi bertemu secara virtual dalam forum politik yang diprakarsai PBB dan setuju untuk mengadakan pemilihan tahun depan.
Namun, mereka gagal memecah kebuntuan pada mekanisme pemilihan untuk pemerintahan transisi yang akan menjalankan negara menjelang pemungutan suara.
"Gencatan senjata lemah terus berlangsung di Libya antara pasukan yang bersekutu dengan pemerintah yang berbasis di Tripoli dan saingan mereka di timur," kata The International Crisis Group.
"Namun ada alasan untuk khawatir bahwa lima bulan jeda. dalam konflik bisa berakhir tiba-tiba," tambahnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, kedua pemerintah telah bertukar tuduhan melanggar ketentuan kesepakatan gencatan senjata.
Masing-masing terus memobilisasi pasukan di dekat garis depan dan menerima bantuan militer dari pendukung regional masing-masing.
Baca juga: Sosok Hande Ercel, Wanita Nomor Satu Tercantik Dunia 2020, Artis Turki Ini Kalahkan Lesti Kejora
Sepanjang kampanyenya untuk mencoba merebut Tripoli, yang gagal pada Juni, Hifter mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab, Mesir, Prancis, dan Rusia.
Sebuah laporan ahli PBB mengatakan Rusia telah mendukung pasukan Hifter dengan peralatan militer dan operasi bersenjata swasta.
Selain Turki, pemerintah Tripoli mendapat dukungan dari Italia dan Qatar.(*)